Setelah lebih dari 10 tahun dihapus dari program perkuliahan di UKSW, mata kuliah "KKN" akhirnya kembali dihadirkan di tahun 2018 ini. Fakultas Pertanian dan Bisnis menjadi fakultas pertama yang mengirimkan 102 mahasiswanya ke Desa Ngrapah dan Desa Sepakung. Saya adalah salah satu dari ke-102 mahasiswa tersebut. Bersama kelima teman saya (Marcos Sumardjono, Christian Vieri, Inten Sharon Datuyanan, Adella Hannaria, dan Komen) kami mendapatkan mandat untuk membantu menyelesaikan permasalahan di Dusun Deles yang terletak di Desa Ngrapah.
Setelah genap 31 hari lamanya di dusun tersebut, terhitung ada 7 program yang telah kami kerjakan. Kedelapan program tersebut pada terdiri dari 4 program pertanian dan 3 program umum. Berikut ini sedikit catatan kegiatan dari kinerja kami.
 Reboisasi bantaran sungai
Di dekat posko KKN kami ada sebuah sungai yang mengaliri Dusun Deles. Bantaran sungai tersebut pada saat kami datang cukup tandus karena tidak ditumbuhi satu pohon pun. Selain itu, banyak sampah yang bertaburan di tepi-tepi sungai tersebut. Bekerja sama dengan kelompok karang taruna di Dusun Deles, kami melakukan program reboisasi bantaran sungai dengan menanam bibit aneka pohon.
Menularkan kegemaran bercocok tanam sejak dini sangat penting bagi anak-anak, mengingat bahwa sekarang ini minat generasi muda pada pertanian semakin menurun. Mindset bahwa pertanian itu kotor biasanya tidak berlaku di kalangan anak-anak karena mereka memiliki kecenderungan untuk "berani kotor". Meskipun demikian, ada baiknya jika mereka juga diajarkan teknik lain bercocok tanam yang bersih. Melihat peluang tersebut, kami bekerjasama dengan Kepala Sekolah SD Rapah 02 di Desa Ngrapah dan 3 tim di dusun sekitar kami untuk mengadakan program Agric School. Program ini adalah suatu kursus singkat sehari yang mengajarkan siswa-siswi kelas 1, 2 dan 3 untuk bercocok tanam melalui teknik hidroponik yang "lebih bersih". Kegiatan ini sangat direspon oleh siswa-siswi. Para guru di sekolah tersebut juga sangat antusias, bahkan meminta sisa-sisa bahan kami untuk dibawa pulang dan dipraktikkan di rumah.
Sekarang ini, hidroponik dan vertikultur tidak lagi hanya eksklusif untuk masyarakat perkotaan saja. Penerapannya di pedesaan akan menambah profit yang tidak sedikit bagi masayarakat disana. Disini kami membuatkan satu percontohan hidroponik di rumah bapak kadus dan dua percontohan vertikultur, satu di halaman kepala dusun dan satu lagi di SD Negeri Rapah 02 yang terletak di dekat Dusun Deles.
Pola pemupukan yang tidak sesuai dengan anjuran sudah menjadi problematika klasik bagi petani di desa. Berdasarkan informais yang kami dapatkan dari ketua kelompok tani di Dusun Deles, petani-petani disini gemar membanjiri sawah mereka dengan pupuk hingga daun padi mereka benar-benar telihat hijau. Jika belum hijau, sawah mereka akan terus diguyur dengan pupuk, terutama pupuk urea. Tindakan tersebut sebenarnya sangat tidak tepat. Selain bisa membuang-buang pengeluaran untuk terus membeli pupuk, padi juga lebih rentan terhadap penyakit. Pupuk yang berlebihan juga tentunya mencemari linkungan. Oleh karena itu, kami disini membantu petani untuk melakukan pengujian tanah sawah dengan suatu alat yang dinamakan PUTS. Alat ini cukup sederhana dalam pemakaiannnya dan relatif akurat untuk jangkauan 5 hektar. Setelah pengujian selesai kamimembuatkan rekomendasi untuk disosialisasikan kepad apetani dalam acara pertemuan bulanan kelompok tani.