Kabupaten Boyolali berada pada urutan 79 paling berisiko dari total 514 kabupaten/ kota di seluruh Indonesia menurut Index Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang dikeluarkan BNPB tahun 2023.
Kabupaten Boyolali dengan total 1.595 sekolah dari tingkat pra sekolah (TK) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) diikuti oleh siswa-siswi di Kab Boyolali: 1.249.489 siswa.
Hal tersebut diatas yang menjadikan dasar bagi Yayasan Keluarga Sejahtera Boyolali (YKSB) yang merupakan salah satu Mitra Pelaksana Program ChildFund International merasa penting bersama Dinas Pendidikan dan BPBD Kabupaten Boyolali pada tanggal 9-12 Desember 2024 melakukan peningkatan kapasitas guru, dinas pendidikan, perangkat desa serta perwakilan dari Palang Merah Indonesia (PMI) dalam hal Pengurangan Risiko Bencana sebagai salah satu tujuan dari Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Pelatihan ini di fasilitasi oleh Fasilitator Nasional SPAB, Saudari Maria Pardede dan Saudara Andri.
Jumlah siswa di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali sebanyak 4.118 siswa yang tersebar di 55 sekolah dari Tingkat TK sampai dengan SLTA.
Untuk melindungi hak-hak anak atas perlindungan, keamanan dan kelangsungan hidup dan juga hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan berkesinambungan, maka implementasi SPAB perlu dikuasai oleh Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa di sekolah agar memastikan 3 pilar dapat berjalan dengan baik:
1. Fasilitas Pembelajaran yang lebih Aman
2.Manajemen Penanggulangan Bencana di Satuan Pendidikan dan Kesinambungan Pendidikan
3.Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana dan Resiliensi
Tiga hal tersebut di atas sesuai dengan pengarusutamaan PRB yang dilakukan oleh Sekretariat Nasional SPAB yang digawangi oleh Kemendiknas Indonesia.
Untuk tahun ini, YKSB menyasar 4 Sekolah Dasar dari 2 Desa Suroteleng dan Tlogolele untuk implementasi SPAB. Dengan ancaman Erupsi Gunung Merapi, longsor dan kebakaran Hutan (menurut BPBD Kabupaten Boyolali), diharapkan sekolah dapat mempersiapkan diri dan mampu untuk membiasakan upaya Pengurangan Risiko Bencana baik dalam materi ajar di kelas maupun praktek keseharian di sekolah maupun di rumah mereka. Kita berharap semakin banyak sekolah yang mampu mengadaptasi materi pembelajaran di sekolah yang sesuai dengan tempat dimana mereka berada termasuk menjaga lingkungan yang berpotensi berisiko semakin buruk akibat perubahan iklim (longsor dan kebakaran hutan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H