Dengan kesabaran dan semangat yang tinggi, Selvi (26 tahun) setia mendampingi anak-anak yang mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi laki-laki hari Minggu 3 November 2024 tengah malam. Sebagai salah satu staf Yayasan FREN yang memiliki program di Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur, Selvi segera mengajukan diri bahwa ia siap untuk diterjunkan ke lokasi terdampak erupsi Lewotobi untuk melakukan kajian lapangan apa yang terjadi kepada masyarakat terkhusus anak-anak yang ikut keluarga mereka mengungsi. Sepuluh hari sudah Selvi berada di salah satu Posko Pengungsian dalam rangka tanggap bencana bersama Yayasan FREN dan ChildFund International di Indonesia untuk membantu kegiatan dukungan psikososial kepada anak-anak dipengungsian. Selvi selalu menjadi pendamping yang dicari anak-anak ketika mereka sudah bangun dari tidurnya.
Selvi anak ke-2 dari 4 bersaudara yang berasal dari Nita Kabupaten Sikka mengatakan, baginya erupsi adalah sebuah fenomena alam yang wajar terjadi pada gunung berapi dan tidak perlu ditakuti namun perlu siap siaga apabila terjadi erupsi sehingga tahu apa yang perlu dilakukan salah satunya mengetahui kemana harus evakuasi dan melindungi diri dari dampak abu vulkanik.
Apakah Selvi capek? “Capek sih tidak, lelah pasti pernah” katanya. “Tapi ketika menjadi pekerja kemanusiaan ada banyak hal yang bisa aku lakukan untuk membantu korban yang sedang berkesusahan, meskipun itu adalah hal kecil namun jika kita bisa membuat orang lain bahagia terutama anak, maka kelelahan itu terobati dan kembali terisi dengan energi baru”. lanjutnya
Selvi melanjutkan, “Jujur saja kalau di rumah saya kurang produktif dan bisa menimbulkan rasa jenuh dan malas. Selain itu, saat ini rumah saya juga terdampak abu vulkanik, jadi bisa dibilang saya mengungsi dari Maumere ke Flores Timur sambil membantu anak-anak yang merasa takut dan tidak bisa beraktifitas seperti sediakala di rumah mereka”.
Ternyata teman-teman Selvi pun saat ini tengah bergerak melakukan aksi kemanusiaan yang hampir sama dengannya dan pasti sulit bertemu di tempat asal Selvi berdomisili sehingga kejenuhan pun bisa terjadi karena mereka tidak bisa berkumpul bersama. Dengan berbagai cara, Selvi berusaha untuk membantu kebutuhan para pengungsi selama erupsi masih berlanjut. Selvi senang karena menemukan suasana baru bertemu orang-orang baru, saling berbagi peran, bertukar pendapat meningkatkan pelayanan yang baik bagi anak-anak agar segera lebih percaya diri dan pulih dari rasa takut akibat pengalaman yang mereka alami sesaat setelah Lewotobi erupsi dan mereka harus mengungsi jauh dari desa dimana mereka tinggal. “Yah, hidup hanya sekali masa gak pernah jadi relawan 😊”, lanjutnya.
Selvi sangat senang karena di salah satu hari ketika Selvi mendampingi anak-anak bermain di pengungsian Kobasomba Flores Timur bersama Ibu Nancy dari Universitas Nusa Nipa Maumere, dikunjungi oleh Angelus Wake Kako (salah satu Senator/ Anggota DPD dari Provinsi Nusa Tenggara Timur). Selvi sangat senang karena Angelus Wake Kako sangat perhatian pada upaya yang dilakukan Selvi bersama rekan-rekannya dari Yayasan FREN untuk membantu anak-anak dipengungsian dengan melakukan kegiatan dukungan psikososial. Walau Selvi belum lahir ketika Angelus Wake Kako menjadi salah satu anak yang disponsori oleh ChildFund International di Indonesia tahun 1996-2003, tetapi Selvi banyak mendengar cerita tersebut dan merasa bangga bekerja di Yayasan FREN yang menjadi pemungkin bagi Angelo Wake Kako sampai pada saat ini sebagai salah satu Senator di Indonesia.
Orang muda tangguh, mungkin itu kata yang tepat disematkan kepada Selvi yang sejak diawal dibentuknya pengungsian langsung tancap gas (menggunakan istilah anak kekinian seperti halnya di usia Selvi) menjalin kerjasama dengan salah satu unit dari Kementerian Sosial Republik Indonesia untuk melakukan kegiatan dukungan psikososial kepada anak-anak.
Upaya segera dilakukan di lokasi pengungsian agar tercipta lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak, menyediakan stimulasi/ rancangan kegiatan yang mendukung bagi anak dengan membangun sebuah kegiatan yang terstruktur sambil memampukan masyarakat agar kapasitas masyarakat dipengungsian terus terbangun dalam melindungi anak, memastikan anak dan orang dewasa berpartisipasi sehingga terbentuk kegiatan yang inklusif dan tidak diskriminatif.
Selvi adalah seorang pembelajar dan selalu ingin menjadikan pengalaman menjadi guru yang terbaik baginya. Oleh sebab itu, Selvi ingin berbagi kemampuan dan pengalamannya mendampingi anak-anak agar semakin kuat memiliki harapan masa yang akan datang. Berada ditengah anak-anak dipengungsian bersama teman-temannya dari Yayasan FREN merupakan sebuah kerinduan baginya apabila anak bersama keluarganya kembali ke desa masing-masing.