Mohon tunggu...
Ivan Reifaldi
Ivan Reifaldi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lembaga Swadaya Masyarakat (Masuk Angin)

21 Desember 2017   04:08 Diperbarui: 21 Desember 2017   04:11 3383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: mri-research-ind.com

Ditengah Masyarakat yang semakin hari semakin pintar tentunya kita sering mendengar apa itu Lembaga Swadaya Masyarakat ? Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah Lembaga swadaya masyarakat adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, ditengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup.  (UU No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 Ayat 12). 

Kita garis bawahi swadaya itu sendiri. Menurut KBBI, Swadaya adalah kekuatan sendiri. Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi yang tumbuh dengan kekuatan sendiri (masyarakat). Fungsinya yang umumnya adalah sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses, mengelola dan melaksanakan semua aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan terutama pada bagian yang kerap kali tidak diperhatikan oleh pemerintah. Benar, idealnya seperti itulah fungsi Lembaga Swadaya Masyarakat.

Ditengah masyarakat modern seperti sekarang ini, keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat semakin meluas di masyarakat, banyak kepentingan dan aspirasi masyarakat membuat lembaga ini menjamur. Apalagi di era reformasi ini, asas demokrasi menjadi kebebasan setiap orang berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat sehingga hal ini menjadikan lembaga ini merebak luas. 

Hal ini menjadikan setiap masyarakat yang licik memanfaatkan asas demokrasi untuk mendirikan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat untuk mengisi perutnya yang tak bisa kenyang (rakus). Mereka selalu memperjuangkan suara rakyat kepada pemerintah. Kebanyakan yang menjadi korban kelicikan lembaga ini adalah masyarakat awam yang tak pernah tahu seluk beluk organisasi dan mekanismenya. 

Masyarakat senantiasa mengadukan perasaannya kepada lembaga ini, seakan-akan bagi mereka lembaga ini adalah bagian dari prosedur untuk menyuarakan suara mereka yang kemudian menjadi candu bagi mereka, karena mereka berharap lembaga ini mampu untuk merealisasikan apa yang mereka inginkan.

Kita bisa melihat contoh dalam keseharian, misalkan di suatu daerah terdapat konflik pembebasan lahan antara masyarakat setempat dengan sebuah perusahaan. Perusahaan ini, sudah tergolong perusahaan dengan skala besar. Masyarakat pun mengadu kepada LSM. Kemudian si LSM pun berkumpul dengan sengan satu suara untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat ini. 

Si LSM ini pun kemudian melakukan aksi, mulai dari berkampanye penolakan yang intinya melawan perusahaan tersebut, hingga berdemonstrasi dihadapan pemerintahan setempat, karena pemerintahan setempat punya wewenang sebagai bagian dari masyarakat yang mempunyai hak yang sama dengan masyarakat, namun pemerintahan kadang juga lebih senang memperkaya dirinya sendiri ketimbang mementingkan kepentingan rakyat. 

Kembali lagi ke LSM, setelah mereka berupaya seperti itu memperjuangkan suara masyarakat sampai tuntutan masyarakat dipenuhi, perusahaan tadi tidak tinggal diam, (biasanya) perusahaan bergerak diam-diam mendekati LSM dan Pemerintah ditengah konflik tadi dengan cara mengiming-imingi dengan uang, rumah, jabatan dan lain-lain yang kira-kira berharga (jatah) jikalau perusahaan mereka berdiri dan beroperasi dilingkungan yang kontra dengan mereka. Setelah mereka memberi jatah ke LSM dan Pemerintah, gerakan aksi LSM perlahan-lahan meredup dan sampai-sampai tak terdengar lagi gaungnya, sedangkan pemerintah mau tidak mau balas budi dengan mengiyakan lahan yang menjadi konflik agar berdiri sebuah perusahaan. 

Alangkah meruginya dan kasihannya masyarakat hanya dapat ampas dari perusahaan. LSM tidak hanya menerima jatah diawal pembentukan perusahaan, namun demi kelancaran suatu organisasi perlu Money, karena merupakan salah satu sumber daya organisasi. Jika salah satu sumber daya organisasi tidak ada, maka organisasi tersebut akan berjalan tersendat-sendat. 

LSM tersebut mendapat jatah bulanan untuk keberlangsungan organisasi. Ibarat orang masuk angin, sebelum masuk angin, orang biasanya terlihat sehat, ceria, segar, tersenyum lepas. Tapi setelah masuk angin, tiba-tiba diam, murung, tersenyum tak lepas, dan sakit. LSM tadi yang mengaung-ngaung menyuarakan hak masyarakat, setelah masuk angin, tiba-tiba terdiam dan tak bersuara.

Begitulah realita LSM sekarang ini, terlalu banyak yang pintar makin banyak pula yang licik. Idealisme yang dipegang diawal akan sangat mudah runtuh dengan materi. Karena sumber kehidupan orang yang pintar ada di perut, bukan di otak. Mengapa begitu ? karena orang yang lapar tak kan pernah mampu untuk berpikir. Artinya manusia perlu makan dan minum untuk keberlangsungan hidupnya untuk berpikir menjalani hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun