Desa Sarwodadi adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang. Desa Sarwodadi juga dikenal dengan Desa Kaso, desa ini adalah sebuah desa yang memiliki sebuah makam yang unik. Â Makam tersebut disebut dengan sebutan Candi oleh masyarakat sekitar, walaupun diberi nama Candi tapi makam ini tidak menyerupai bangunan yang berbentuk Candi. Makam Mbah Kramat yang ada di Desa Sarwodadi adalah sebuah makam yang belum bisa dipastikan kebenarannya karena sedikitnya sumber untuk membuktikan kebenaran dari makam Mbah Kramat. Walaupun belum dapat dipastikan kebenarannya masyarakat setempat tetap merawat makam ini dengan baik, selain itu setidaknya ada beberapa versi mengenai makam ini.
Versi pertama muncul dari masyarakat Desa Sarwodadi sendiri yang menyebutkan bahwa makam Mbah Kramat ini adalah makam orang saleh yang menyebarkan agama Islam di Desa Sarwodadi. Versi kedua muncul dari seorang tokoh agama terkenal yang bernama Muhammad Luthfi bin Yahya, atau yang lebih dikenal dengan nama Habib Luthfi bin Yahya. Beliau menyatakan bahwa makam Mbah Kramat ini adalah makam dari orang saleh yang bernama Sayyid Hasan bin Thoha bin Yahya. Versi ketiga muncul dari tokoh agama pula yang bernama Kyai Haji Mastur, beliau menyatakan bahwa sebenarnya makam Mbah Kramat yang ada di Desa Sarwodadi adalah makam orang saleh yaitu Syech Jumadil Kubra.
Jika dilihat secara bukti bisa saja makam Mbah Kramat ini adalah makam dari Sayyid Hasan bin Thoha bin Yahya karena pada saat masih hidup beliau adalah seorang penyebar agama dan seorang yang berjuang untuk melawan penjajahan bangsa barat, selain itu nisa di makam Mbah Kramat pernah diambil oleh Habib Luthfi untuk diteliti kebenarannya apakah makam itu sudah ada sejak lama bahkan sejak masa Mataram Islam. Sedangkan di sisi lain bisa saja bahwa makam Mbah Kramat ini adalah makam Syech Jumadil Kubro mengingat juga pada saat masih hidup beliau juga menjadi orang masyhur penyebar agama Islam di Nusantara dan bahkan makam milik Syech Jumadil Kubra ini tersebar dibeberapa tempat di Jawa seperti di Semarang, Mojokerto, Sleman, Yogyakarta dan bahkan hingga luar Jawa yaitu Makasar Sulawesi Selatan.
Walaupun belum bisa diketahui kebenarannya secara pasti tidak ada salahnya makam ini dirawat dan dijaga dengan baik. Masyarakat Sarwodadi sendiri pun sadar akan hal ini yang mana makam ini dirawat dan dijaga, makam ini boleh dimasuki untuk kegiatan ziarah. Selain untuk berziarah biasanya masyarakat sekitar memanfaatkan wilayah sekitar makam untuk beristirahat di siang hari karena di sekitar makam ini dikelilingi oleh beberapa pohon besar yang membuat tempat disekitar makam menjadi teduh, untuk memberi gambaran umum mungkin pembaca dapat melihat foto di bawah.
mbah kramat hanya ada beberapa makam yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Makam mbah Kramat yang dari depan seperti rumah ini menghilangkan nuansa horor kuburan pada umumnya, mungkin saja orang yang baru lewat tidak akan menyangka bahwa bangunan yang terlihat seperti rumah ini adalah makam Mbah Kramat.
Jika dilihat memang makam ini terlihat seperti rumah selain itu di sekitar makamSeperti yang sudah dikatakan sebelumya bahwa makam Mbah Kramat ini dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang menyebabkan terhalang dari sinar matahari dan juga membuat daerah sekitar ini terhindar dari panas. Pada saat siang hari kita terkadang bisa melihat beberapa orang beristirahat di sekitar makam Mbah Kramat.
Seperti makam para tokoh Agama Islam pada umumnya, pada bagian dalam sudah dilantai dan digelar alas untuk tempat duduk para pezaiarah, bagian dalam juga terdapat Al-Qur'an dan buku-buku untuk pembacaan Tahlil.
Walaupun makam Mbah Kramat bisa dikatakan sebagai sebuah makam yang kondisinya sangat terjaga dengan baik makam ini memiliki peziarah yang tidak banyak dan peziarah biasanya datang tidak dari luar kota, hal ini terjadi karena makam Mbah Kramat kurang terkenal. Semoga dengan adanya tulisan ini maka makam Mbah Kramat Desa Sarwodadi dapat menjadi lebih dikenal masyarakat luas mengingat makam Mbah Kramat ini memiliki nilai sejarah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H