Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tak Boleh Ada Dua Singa Alpha Dalam Satu Kawanan

8 Februari 2017   16:24 Diperbarui: 8 Februari 2017   17:11 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demo seharusnya di istana presiden. Tetapi ini, ada demo di depan istana mantan presiden. Ini benar-benar langka, aneh, bin ajaib. Tetapi memang benar-benar ada di Indonesia ini. Dan nuntutnya juga tak masuk akal, minta mantan Presiden SBY ditangkap. Kalau minta SBY ditangkap, seharusnya massa demo di depan kepolisian atau langsung di depan istana negara, lha kok ini di depan rumah Pak Mantan? Yang melakukan para mahasiswa lagi? Apakah ini ada gejala para mahasiswa sudah tak rasional? Kalau mereka rasional, seharusnya menuntut atau menghimbau Pak Beye untuk tidak terlalu merusuhi keadaan atau tidak mengaduk-aduk air keruh di jagad perpolitikan Indonesia. Atau memang mahasiswa bertampang preman yang menggerudug rumah Pak Beye itu massa bayaran, agar keluh kesah Pak Beye sedikit didengar oleh pemerintah yang sudah illfeel mendengar segala curhatannya. Ingat Pak Beye selain mantan Presiden RI ke enam, juga presiden curhat. Hanya dia, presiden yang curhat soal gajinya kurang di kala negara masih ditekan beban utang, pengangguran di mana-mana, rakyat terpaksa bersyukur menikmati beras import kasar dengan harga murah.

Namun, tak perlu mengungkit-ungkit masa lalu. Toh presiden cengeng dan terlalu menuntut diistimewakan itu sudah lengser keprabon. Yang penting sekarang adalah saat ini. Untuk saat ini, masak Pak Beye masih mau nuntut diistimewakan? Bukannya rakyat dan pemerintah tak ingat balas budi, tetapi anda sudah dibayar sangat mahal, saat anda dianugerahi Kerajaan Inggris penghargaan atas kerukunan umat beragama, anda tak ingat rakyat yang berusaha disiplin menahan diri untuk tidak rusuh dan gaduh, demi bisa memiliki seorang presiden yang tuntas menyelesaikan jabatannya. Kalau rakyat, tidak menahan diri, saat anda curhat soal gaji waktu itu, hati rakyat sudah mendidih, karena pemerintah tak bisa menyelesaikan persoalan negara, ditambah kroni, didikan, dan semua bawahan anda korup semua. Bahkan orang terdekat anda pun korup. Masak jenderalnya tidak tahu? Makanya rakyat dan pemerintah saat ini, yang berusaha menjauhi dan menindak korupsi sesungguhnya sudah muak. Riza Chalid penyandang dana kampanye Cikeas tidak tahu sekarang di mana rimbanya. Semua orang sedang menahan diri untuk tidak muntah, tetapi kalau terus dicolok-colok amandelnya, muntahan amarah rakyat pasti jatuhnya tak ke mana. Yaitu ke orang di depannya, yang sedang asyik mencolok-colok tenggorokan rakyat.

Bijaksanalah sebagai orang tua. Ingat pepatah, tak boleh ada dua singa alpha dalam satu kawanan. Karena itu saatnya sekarang, tutwuri handayani. Menikmati hati tua yang puas berjuang bersama istri dan cucu-cucu. Di jaman dahulu, para raja yang bijaksana berusaha menepi dan banyak-banyak mendekatkan diri pada Ilahi. Mereka berusaha mengendalikan diri dari terlibat hiruk-pikuk duniawi sebagai seorang rsi. Tugasnya untuk negara dan anak-anak yang sudah mapan dan berkeluarga sudah selesai. Kalau generasi penerus butuh, pasti akan sowan dan minta petuah bijak. Bukanya malah minta disowani. Para rsi harusnya sudah tak ingin diganggu, bukan malah mengganggu. Kalau memang masih ingin eksis, harusnya anda yang ikut pencalonan sebagai Gubernur DKI. Siapa tahu, tak begitu prestisius di tingkat nasional, di tingkat daerah bisa lebih baik. Apa salahnya, dulu anda presiden, berikutnya jadi gubernur. Toh sama saja tujuannya untuk kemaslahatan orang banyak. Hanya saja, jumlahnya yang tak sebanyak mengurus orang senegara. Daripada seperti saat ini, yang maju anak kandung anda, tetapi yang bertarung sesungguhnya anda. Makanya, urusan Pilkada jadi merembet ke mana-mana. Wong, ingin menghancurkan satu daerah kok menggunakan nuklir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun