Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jembatan Indah Menuju Kemakmuran dan Kesejahteraan

3 April 2017   19:01 Diperbarui: 4 April 2017   15:33 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini Bulan Rajab, saatnya berlatih menghadapi Bulan Puasa. Rasulullah menyunahkan berpuasa di sepanjang bulan ini. Umat Muslim boleh mencicipi puasa sesuka hati, tidak perlu sebulan penuh, dua puluh tujuh hari maksimal sudah cukup, kalau tidak mau sehari atau beberapa hari saja terserah, diutamakan berjumlah ganjil. Tujuannya adalah untuk menyiapkan atau mengajak badan beradaptasi menjalani puasa Ramadhan, yang wajib sebulan penuh.

Puasa sangat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan pola hidup dan menjaga kesehatan badan. Setelah sebelas bulan selalu kenyang dan makan apa saja, sebulan penuh agak direm, memberi kesempatan organ-organ tubuh untuk istirahat dan refreshing. Orang bekerja saja butuh istirahat dan libur untuk memberi kesempatan orang-orang yang kurang beruntung mendapat penghasilan, agar tercipta keadilan dan kemerataan. Organ-organ tubuhpun begitu, yang selalu bekerja adalah alat-alat pencernaan, maka mereka juga butuh distirahatkan. Bulan puasa adalah kesempatan untuk memberi mereka jam-jam istirahat. Kasihilah badanmu sendiri dengan puasa di Bulan Ramadhan, maka Allah akan Mengasihimu dengan Memberi kesehatan dan dijauhkan dari segala sakit.

Bulan puasa juga kesempatan bagi Umat Muslim untuk bisa menyisihkan dana jatah makan dan menabung. Di akhir bulan, sebelum Sholat Ied, Umat Muslim wajib menyisihkan makanan untuk berzakat, agar orang-orang yang kurang beruntung bisa diberi kelapangan. Uang jatah makan yang ditabung selama Bulan  Ramadhan bisa disalurkan sebagian untuk itu, sebagian yang lain bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang lain-lain bagi diri sendiri dan keluarga. Jadi, walaupun ada kewajiban zakat, ajaran Muslim telah menyediakan caranya, agar agama tidak memberati seseorang.

Namun kesalahan besarnya di Indonesia ini, tiap bulan puasa menyisihkan jatah makan di siang hari untuk memperenak dan menambah jatah makan di malam hari dan saat sahur. Bukan itu maksud puasa. Memang orang tetap bisa berzakat dengan pola semacam itu, tetapi tanpa sadar, itu telah memberati diri. Orang Muslim malah jadi cenderung bermegah-megahan di Bulan Puasa. Itu adalah tradisi dan kebiasaan yang dibisikkan setan untuk mengalihkan dari tujuan yang sebenarnya. Karena itu, walaupun di bulan puasa, tetaplah hidup dengan pola yang wajar, tak usah bermegah-megahan walaupun sepanjang siang hari harus prihatin dan menahan.

Sekarang saatnya Umat Muslim bangkit. Hiduplah secara sehat. Sehat badan, sehat akal dan pertimbangan, sehat pula perekonomiannya. Jangan mengikuti kebiasaan orang dahulu, kalau itu tak benar dan hanya mengikuti bisikan setan. Beragamalah secara cerdas dan masuk akal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun