Mohon tunggu...
M.Ivan Wahyu Pratama
M.Ivan Wahyu Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Destinasi Pariwisata Universitas Airlangga

sepakbola,Gamers

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melestarikan Tradisi Desa Klinterejo, Mengenal Lebih Dekat Budaya Macapat Padhang Bulan bersama Budayawan

3 Oktober 2024   02:11 Diperbarui: 3 Oktober 2024   02:14 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Klinterejo kembali menyelenggarakan acara padhang bulanan yang ke lima, acara padhang bulan di Desa Klinterejo dilaksanakan pada hari Rabu, 18 September 2024 kalau da

ri kalender Jawa yakni tanggal 14 malam 15 Jawa wulan mulud di tempat pendopo padepokan resi maudoro dekat dengan Situs Kaputren Ratu Tri Buana Tungga Dewi. Acara padhang bulan dihadiri oleh budayawan dan sejarawan dari Trowulan seperti Pak Uyek, Mbah Sodikin, Pak Arip, Bapak Urip ketua padepokan resi maukudoro, serta masyarakat Desa Klinterejo dan mahasiswa Universitas Airlangga. 

Malam purnama pada acara padhang bulan membahas tentang sejarah budaya dari padhang bulan, kerajaan Majapahit, Ratu Tri Buana Tungga Dewi, Situs Klinterejo yang dijelaskan agar tidak hilang dari era modern. 

Pada pertengahan acara juga menjelaskan tentang tembang macapat yang terdiri dari mijil, sinom, dandanggula, kinanthi, asmarandana, durma, pangkur, maskumambang, pucung, gambuh, megatruh. 

Macapat sendiri berarti suatu puisi dalam bahasa jawa yang memiliki arti maca papat yakni membacanya empat dari tiap empat suku kata. Tembang macapat pada acara padhang bulan sendiri dibacakan oleh Mbah Sodikin sekaligus dengan penjelasannya. 

Acara malam purnama disuguhkan dengan pemandangan cahaya bulan purnama yang menyinari suasana, Bapak Urip selaku tuan rumah juga menyuguhkan tumpengan nasi kuning dan jajanan tradisional jawa. 

Tempat acara padhang bulan dikelilingi oleh dupa atau sesaji guna menyambut atau menghargai para leluhur Desa Klinterejo. 

Pembukaan acara dibuka dengan Bapak Uyek selaku budayawan Trowulan, lalu dilanjutkan dengan Bapak Urip selaku tuan rumah, perwakilan dari mahasiswa Universitas Airlangga, penjelasan dan pembacaan tembang Macapat dari Mbah Sodikin, lalu penutupan do'a Islam dan Jawa dari Bapak Uyek. 

Puncak dari acara padhang bulan sendiri pukul 00.00 yakni posisi bulan purnama tepat ditengah dan menyinari alam. Biasanya pada waktu tersebut dilakukan siraman atau mandi dengan air punden. 

Menurut Pak Uyek selaku budayawan siraman tersebut guna menghilangkan hal-hal yang berbau negatif dan menjadikan aura lebih cerah dari sebelumnya. Setelah puncak acara padhang bulanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun