Mohon tunggu...
Ivan Leonheart
Ivan Leonheart Mohon Tunggu... Guru - Seasonal Writer: Nulis Ketika Gabut Aja

Gemini | INFJ-T | Tipikal orang yang akan anda katakan "Wah.. Kok gitu?" | Listener to stories | Twitter: @IvanLeonheart English Mentor yang memutuskan untuk putar haluan menjadi Kang Kopi, tapi akhirnya putar balik jadi English Teacher lagi di Cakap | Merantau dari Jawa ke kawasan dekat ibu kota. | A Philosopher at heart, but a realist in the playlist. | A man seeking Wisdom in Life through learning Bible, dan juga belajar Konseling di STTRI | Menulis ketika bosan, sedih, senang, dan kenyang. | Jangan ditunggu tulisan selanjutnya, pasti ngga terbit - terbit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Ini Indah Maka Bersyukurlah!

4 Februari 2018   07:00 Diperbarui: 8 Februari 2018   12:25 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa indahnya hidup ini apabila dinikmati dengan sepenuh hati. Segarnya udara di pagi hari dan hangatnya sinar mentari selalu bisa dinikmati setiap harinya. Birunya langit dan merdunya deru ombak lautan yang memanjakan telinga kita. Hijaunya pepohonan memberi vitamin dan kebahagiaan untuk mata kita. Kasih sayang yang diberikan orang terdekat kita menyembuhkan rasa dengki dan amarah yang kita dapat di hari yang panjang.

Hampir tak ada alasan untuk putus asa dalam kehidupan ini. Itulah kenapa aku sangat heran dengan mereka yang terlihat murung setiap harinya. Kita hidup dibawah langit yang sama, menikmati udara yang sama setiap harinya, dan juga melihat kehijauan tanaman yang sama. Lalu kenapa banyak orang ingin mengakhiri hidupnya lebih cepat daripada yang dikehendaki Yang Maha Kuasa? Tidakkah cukup kita hidup dengan diberikan maha karya yang sangat indah ini? Bukankah kehidupan ini diberikan kepada kita untuk kita bentuk sesuai dengan apa yang kita inginkan?

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang akan kita inginkan tidak semuanya bisa tercapai. Tapi tunggu dulu, apakah benar "tidak bisa" ataukah "belum bisa"? Aku diajarkan untuk memegang teguh harapan dan mimpiku. Apa yang belum bisa aku capai sekarang akan aku tulis, lalu akan aku cari solusi bagaimana aku bisa mencapainya. Memang benar aku bukan orang yang maha bisa, namun seiring berjalannya waktu, aku pun lama kelamaan akan berkembang dan mendapatkan pengetahuan yang lebih untuk menemukan solusi yang lain.

Pernah saat itu aku bertemu seorang nenek yang menjual sebuah mainan tradisional berupa baling - baling kertas seharga seribu rupiah, dan harga itu dituliskan di sebuah kertas yang ia tempelkan di bakulnya. Lalu ada seorang anak yang merengek minta dibelikan kepada mamanya, dan sang mama pun berkata kepada sang nenek "Mbah beli 5, 3.500 ya? Kalo ngga boleh ngga jadi." 

Sang nenek pun tersenyum dan berkata "Ya sudah tidak apa - apa, mungkin ini rezeki awal di hari ini." Setelah itu sang ibu dan sang anak berjalan menuju mobilnya yang mewah, yang dilengkapi dengan pintu otomatis yang bisa membuka dan menutup sendiri. Kemudian mobil ini berhenti di sebuah restoran yang terlihat sangat menarik dengan pernak - pernik mahalnya dan bertuliskan "Promo, all you can eat only Rp.500.000". Terihat dari luar restoran wanita ini bersama teman - temannya berpesta makanan yang sangat menggiurkan, bahkan walaupun makanan itu di dalam restoran, aku bisa mencium aromanya yang sangat menggoda.

Apakah kalian pikir sang nenek itu sedih? Ataukah malah sebaliknya? Menurutku pribadi, sang nenek ini bahagia, mengapa? Karena dagangannya laku. Sang nenek pun tidak mempermasalahkan penawaran dari sang wanita tadi yang bisa dibilang tidak masuk akal karena wanita ini memiliki mobil mewah dan makan di restoran yang mewah, malahan nenek ini bersyukur bahwa ia mendapatkan rezeki dari sang wanita tadi. Sang nenek tidak merasa rugi walaupun harganya dagangannya yang sudah sangat murah itu ditawar, bahkan mungkin nenek ini belum tentu bisa makan dengan hasil yang ia dapatkan itu, namun ia tetap bersyukur karena masih bisa mendapatkan rezeki. Kalau nenek ini saja bisa bersyukur, mengapa kalian tidak bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun