benar sekali bahwa, kesalahan di masa lalu, bisa menjadi kebenaran di masa kini, pun sebaliknya, kebenaran di masa lalu bisa menjadi kesalahan di masa kini, itu sudah pernah saya bahas dalam artikel saya yang lalu, dan mereka semua, atau pelaku pengambil kebijakan tentu tidak tersesat, karena pengambil kebijakan menentukan modelnya berdasar pertama, keadaan, kedua uniform, ketiga kepentingan, dan hal tersebut adalah model.
lalu pembandingan Indonesia dengan tiongkok, USA ataupun singapura jelas berbeda, hemat penulis, karena Indonesia beragam perbedaan dan sangat menjunjung tinggi toleransi, dalam hal ini petinggi bila akan mengambil kebijakan pastilah melihat " model " tersebut. tidak seperti negara asing. Model tersebut tentu model NKRI.
banyak pendapat yang mengatakan kebijakan ekonomi contohlah tiongkok,atau negara lain, penulis sendiri tidak Setuju, penulis katakan " kacau lah Indonesia apabila mengikuti dan mencontoh asing.apalagi mengaplikasikanya.
ingatlah bahwa model NKRI adalah, Pancasila, yang menjunjung tinggi toleransi, dan keberagaman. indikator inilah yang di lupakan oleh para ekonom. ( saya tidak mengatakan Pak Faisal bagian dari ekonom tersebut,)
penulis sendiri menyesalkan banyaknya generasi Indonesia yang terkontaminasi oleh Dr michael C Labosierre, sang pencipta SESAT PIKIR, sebuah saran tinggalkanlah pemahaman tersebut, Michael C labosierre sendiri hampir sama dengan pemahaman Jhon Rawls, sang pencipta " keadilan ekonomi yang kekirian,' di mana si malas dan si giat harus berkeadaan sama.
bolehlah membaca, namun untuk menambah wawasan keilmuan agar lebih bijak dalam berfikir. Bukan untuk di " legalkan dan seakan mengajak yang lain ikut terkontaminasi.
Penulis berguman " ini jangan - jangan mereka semua tidak membaca karya prof Michael C Lobosierre dan Jhon Rawls secara utuh, ( hingga selesai.) atau jangan - jangan salah menafsirkan hingga menjadi idola baru. Karena karya tersebut populer atau menanjak di era Jokowi. Why.??
Penulis juga pernah mengirim email pada situs web professor Andre walker dan Dr Nicholas Farelley. yang menerbitkan pertemuan Jokowi Obama di brokeri atau melalui calo, sekelas mereka yang kita anggap pintar, pada akhirnya tidak dapat menjelaskan perihal tersebut. ( jangan - jangan mereka Sesat pikir juga.? )
dalam artikel, penulis tiga Kali menjabarkan SESAT PIKIR atau fallacies'nya Prof Michael tersebut. dan sangat berbeda dengan iklim Indonesia, akan menjadi lucu bila di satu waktu kita berdebat dengan menggunakan Kalimat sakti tersebut, dan di lain waktu meninggalkanya, apabila hendak memakai. Pakailah terus, jangan di tinggalkan, agar kelak anak cucu kita mengenang keblingernya saya. Atau tinggalkan segera, tentu pilihan ada di kepala para orang pintar di Indonesia.
Keilmuan yang berbeda menghasilkan pendapat atau opini yang berbeda. namun para ekonom handal harus melihat juga " Model Indonesia. Jangan menafikan keadaan NKRI. Masukan juga sisi keberagaman, dan kita akan berguman," well,. rumitnya menjadi pemimpin. dan ada seorang profesor ekonomi di Indonesia mengatakan." semua orang yang mencemooh belum pernah memimpin,' tapi apakah setelah memimpin mereka bisa,? mencemooh saja sudah tidak adil.
Penulis berpikir keras," ternyata mencemooh saja harus adil.
Penulis akan mencoba terus mengatakan bahwa Sesat pikir tidak bisa di gunakan di luar ranah penistaan agama dan penghianatan negara, sesat pikir karya Prof Michael C Labosierre tidak bagus untuk iklim Indonesia. dan di Indonesia cara jitu untuk popular itu mengkritik dengan arogan,' karena SESAT PIKIR dalam kacamata keilmuan Penulis sangat arogan, pembacalah yang menyimak judul dan paragraf per paragraf dari sebuah artikel. untuk itu selamat membaca karena Jokowi - JK dan pemerintahanya, saya pikir tidak tersesat pikiranya. Mengambil kebijakan tentu melihat model. ini sudah terjadi juga pada pemimpin - pemimpin sebelumnya, ( karena Model atau style keadaan Indonesia di waktu itu.)
Salam Hormat,
Salam Indonesia