Cerita Rakyat dari Bulukumba, Sulawesi Selatan
Pada zaman dahulu kala ada seorang anak muda bernama La Bongo yang sangat pandir dan dungu. Namun La Bongo memiliki sifat yang sangat jujur. La Bongo juga memiliki kelebihan berupa tenaga yang sangat kuat.Ia bisa mengangkat barang-barang yang sangat berat.
Semenjak La Bongo kecil, kedua orangtuanya telah meninggal dunia. Kini La Bongo tinggal berdua dengan neneknya.
Akibat kepandiran dan kedunguannya itulah lalu banyak orang yang memanfaatkan La Bongo untuk tujuan tertentu.
Suatu hari La Bongo bertemu dengan tiga orang pencuri. Ketiga pencuri itu menghampiri La Bongo.
“La Bongo, ikutlah dengan kami,” kata salah seorang pencuri yang merupakan pimpinan di antara mereka.
“Kita mau kemana?” La Bongo bertanya dengan polos.
“Begini, kami mengajak kamu sebentar malam untuk mengambil barang-barang mahal dan
bagus-bagus di rumah orang kaya di dekat tikungan jalan itu,”
“Baiklah kalau begitu. Aku ikut saja dengan kalian,”
Malam pun tiba. Sesuai kesepakatan, ketiga pencuri itu bersama La Bongo berkumpuldi tikungan jalan di dekat rumah orang paling kaya di kampung itu. Mereka bersembunyi di semak belukar sambil menunggu penghuni rumah terlelap tidur.
Beberapa jam kemudian, tampaknya penghuni rumah sudah terlelap tidur. Pimpinan pencuri lalu memberi isyarat kepada dua temannya. Kedua temannya langsung bergegas mencungkil pintu rumah orang kaya itu.
Pimpinan pencuri lalu berbisik kepada La Bongo, “La Bongo, masuklah ke dalam rumah itu. Di dalam rumah itu terdapat sebuah peti yang berisi benda-bendayang bersinar. Bawa peti itu keluar.”
La Bongo lalu masuk ke dalam rumah itu. Ia mencari benda yang dimaksud oleh pimpinan pencuri itu. Beberapa saat kemudian La Bongo menuju ke ruangan dapur. Di ruangan itu La Bongo melihat benda bersinar di dalam sebuah benda berbentuk peti.
“Pasti inilah yang dimaksud dengan barang mahal yang bersinar itu,” kata La Bongo dalam hati.
Ia lalu mengangkat benda berat berbentuk peti itu. Benda bersinar yang ditemukan La Bongo sebenarnya adalah tungku dapur yang berbentuk peti.Di tungku itu terdapat arang yang masih menyala.
La Bongo mengangkat benda yang sangat berat itu ke luar rumah. Para pencuri sangat kaget melihat apa yang dibawa La Bongo.
“Aduuuuuh, La Bongo. Bukan itu yang aku maksud. Barang yang kau bawa itu adalah tungku di dapur. Yang aku maksud adalah emas di dalam peti! Masuklah kembali ke dalam. Ambillah barang berharga atau perhiasan yang sedang dipakai oleh penghuni rumah.” Kata pimpinan pencuri.
La Bongo kembali masuk ke rumah itu. Iamenuju kamar tidur pemilik rumah. Di kamar ia melihat pemilik rumah sedang tertidur dengan pulas. Pemilik rumah itu adalah seorang haji. Malam itu Pak Haji kebetulan sangat mengantuk sampai lupa melepas songkok haji di kepalanya ketika akan tidur.
La Bongo lalu mengambil songkok haji di kepala penghuni rumah lalu dipasangnya songkok haji itu di kepalanya sendiri. Dengan memakai songkok haji La Bongo lalu bergegas keluar dari rumah.
Kawanan pencuri sangat terkejut melihat La Bongo keluar yang memakai songkok haji. La Bongo lalu melambaikan tangan ke arah ketiga pencuri itu. Ia bermaksud meminta para para pencuri itu mendekat. Para pencuri itu mengira Pak Haji yang keluar. Serentak para para pencuri itu lari mengambil langkah seribu.
La Bongo terus melambaikan tangan kepada para pencuri itu tapi para pencuri itu tidak memperdulikan. Mereka terus berlari ketakutan. La Bongo lalu ikut berlari mengikuti para pencuri. Para pencuri semakin ketakutan sebab mengira Pak Haji mengejar mereka.
Akhirnya karena kelelahan akibat berlari, para pencuri itu berhenti di pinggir hutan untuk beristirahat. Dalam waktu yang hampir bersamaan La Bongo juga tiba di tempat itu. La Bongo telah melepas songkok haji dari kepalanya sehingga para pencuri itu dapat mengenalinya.
“Aduuuh, La Bongo, kamu sudah membuat kami lari ketakutan seperti ini karena kami mengira kamu adalah Pak Haji yang terbangun dan mengejar kami!” Kata pimpinan pencuri dengan perasaan kesal.
“Sudahlah, kalau malam ini kita gagal, bukankah besok masih ada kesempatan buat kita untuk mencuri lagi?” Kata temannya.
“Ya, benar. Besok kita akan menyusun rencana selanjutnya. Tapi kita harus lebih berhati-hati lagi. Sebab jika tidak berhati-hati maka kita bisa mati dibunuh jika tertangkap!” Ujar pimpinan pencuri.
La Bongo bertanya kepada pimpinan pencuri,”Apa tandanya jika kita mati?”
Para pencuri itu tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan La Bongo. Sambil menahan perut karena ketawa pimpinan pencuri berkata kepada La Bongo, “Orang mati itu ada tandanya. Salah satu tandanya yang utama adalah ketika orang itu berbau busuk.”
La Bongo manggut-manggut mendengar ucapan pencuru itu.
Akhirnya mereka beristirahat di pinggir hutan itu. Ketiga pencuri itu telah tertidur nyenyak. Namun La Bongo belum bisa tertidur. Matanya tidak bisa terpejam sebab terganggu dengan suara dengkur para pencuri itu.
Tiba-tiba dalam keadaan masih tidur, pimpinan pencuri kentut. Kentutnya sangat bau memenuhi tempat itu.
La Bongo lalu berdiri. Dalam hatinya ia berkata,”Wah, mereka ini sudah mati. Aku harus menguburkan mereka.”
La Bongo lalu menggali tiga buah lubang. Ia mengubur ketiga pencuri itu yang masih dalam keadaan tidur. Keesokan paginya, La Bongo bergegas beranjak pulang. Ia ingin cepat-cepat sampai ke rumahnya untuk menceritakan kepada neneknya tentang pengalamannya bersama pencuri itu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H