Mohon tunggu...
Ivan Jeremiah
Ivan Jeremiah Mohon Tunggu... -

Janganlah bersaing untuk menjadi lebih sukses, bersainglah untuk menjadi lebih berguna...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Tempayan Yang Retak

19 Oktober 2013   20:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:18 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah perintahKU kepadamu:

"Kasihilah seorang yang lain." (Yohanes 15:17)

Kita smua punya kekurangan, namun kekurangan itulah yg menjadikan hidup anda bersama menjadi menyenangkan & saling melengkapi dengan yg lain. Anda harus bisa menerima tiap orang apa adanya & mencari yg terbaik dalam diri mereka. Simak cerita berikut ini: Seorang ibu memiliki 2 buah tempayan, yg di pikul di pundaknya dengan menggunakan bambu. Salah satu dari tempayan itu retak. Setibanya di rumah, air di tempayan yg retak tinggal separuh. Selama 2 tahun hal ini berlangsung setiap hari. Si tempayan yg utuh amat bangga akan pencapaiannya, tempayan yg retak merasa malu akan kekurangannya & sedih, sebab dia hanya bisa memenuhi 1/2 dari kewajibannya. Setelah 2 tahun yg di anggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada Ibu tua, "Aku malu, sbab air bocor melalui bagian tubuhku yg retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu." "Tidakkah kau lihat bunga yg beraneka ragam di jalur yg kau lalui, namun tak ada di jalur yg lainnya? Aku sudah tau kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu & tiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih itu. Selama 2 tahun ini pula aku bisa memetik bunga-bunga yg cantik untuk menghias meja. Kalo kau tak seperti itu, maka rumah ini tak bisa seasri seperti ini, sebab tak ada bunga.", jawab Ibu tua. Saudaraku, sebagai sesama tempayan yg retak, semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya bunga di jalurmu. Tak ada manusia yang sempurna !! Di dalam persahabatan juga, kadang ada ucapan anda yg menyenangkan, ada juga ucapan anda yg dapat melukai perasaan org lain. Jangan anggap ucapan yg melukai itu menjadi beban bagi yg mendengarnya, tapi itu adalah cermin kedewasaan anda. Belajar memahami ucapan yg melukai tsb.

”Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” (Kolose 4:6)

God Bless You :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun