Hari ini (11/8/2013) adalah realisasi penertiban PKL di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sebagaimana diberitakan Kompas.com dini hari tadi, 250 personil petugas Satpol PP sudah disiapkan untuk melakukan penataan (bukan penertiban) mulai pukul 07.00 WIB pagi ini. Banyak pihak yg lalu bertanya-tanya, mungkinkah berhasil? Siapa yang tak kenal Pasar Tanah Abang. Pusat grosir terbesar yang sudah sangat dikenal di seantero nusantara, bahkan di manca negara. Banyak pedagang, baik dari dalam maupun luar negeri, yang mengambil barang dagangannya melalui Pasar Tanah abang. Mungkin itulah yang membuat Pasar Tanah Abang menjadi sarat kepentingan, khususnya masalah premanisme yg memang biasa marak di lokasi strategis semacam itu. Selain harganya yang murah, premanisme dan keruwetan memang sudah menjadi image dari Pasar Tanah Abang. Bahkan yang belum pernah ke sana sekalipun, sudah memiliki anggapan seperti itu. Seolah-olah, ada nuansa "keangkeran" tersendiri ketika menyebut "Pasar Tanah Abang". Bisa saja image itu muncul karena namanya yang memang terbilang "angker". Tapi bisa juga image itu muncul karena memang seperti itulah kenyataannya. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Begitu kira-kira. Terlepas dari itu semua, kenyataannya, Pasar Tanah Abang memang dikenal sebagai kawasan yang susah di tata. Buktinya, puluhan tahun keruwetan di sana seperti dibiarkan begitu saja. Yang pada akhirnya, banyak orang yang kemudian pesimis Pasar Tanah Abang bakal bisa di tata dan di benahi. Dari kacamata politik, penataan PKL di Tanah Abang ini bisa menjadi ajang spekulasi. Apalagi mengingat pemilu presiden 2014 sudah di depan mata. Kalau berhasil, Jokowi akan semakin naik daun di mata publik. Tapi kalau gagal, publik bisa saja berubah haluan. Berdasarkan kenyataan itu, sangat mungkin penataan PKL Tanah Abang ini bakal ditunggangi oleh banyak kepentingan politik. Bagi rival politik Jokowi, ini adalah momentum untuk menjatuhkan nama besarnya di mata publik. Bakal banyak usaha yg dilakukan oleh rival-rival politiknya untuk membuat usaha penataan PKL ini gagal total. Sehingga (diharapkan) publik akan melihat bahwa Jokowi sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah ini. Karena momentum penataan PKL ini begitu penting, usaha "penggagalan" yang akan dilakukan pun bisa jadi akan total habis-habisan. Saya sempat membayangkan hal terburuknya adalah, kehebohan penggusuran makam Mbah Priok bisa saja terulang di sini. Hanya bedanya, yang akan mempertahankan mati-matian di sini adalah "orang-orang bayaran" yang siap membuat heboh suasana. Sehingga, mungkin saja targetnya tidak mesti gagal total. Bisa saja hanya untuk mengesankan munculnya kembali kegarangan satpol PP dalam melakukan tindak kekerasan. Toh, itupun sudah cukup mencoreng nama harum Jokowi yang selama ini memang dikenal jauh dari cara-cara kekerasan. Apapun itu, kita lihat saja nanti. Yang jelas, Jokowi sejauh ini sangat pintar mensiasati berbagai kemungkinan seperti itu. Bahkan, tahapan pra kondisi pentaan PKL di Tanah Abang pun sebenarnya sudah dilakukan Jokowi sejak awal. Termasuk memunculkan ke permukaan backing kekuatan besar di balik premanisme Tanah Abang (melalui statemen Ahok) sebenarnya juga bagian dari pra kondisi yang sengaja dilakukan. Sehingga, kepentingan politik di belakang itu semua bisa dieliminir sedini mungkin. Melihat track recordnya, saya kok yakin Jokowi-Ahok bisa mengatasi masalah ini dengan baik. Kalau di Waduk Pluit bisa, kenapa Tanah Abang tidak? (flb)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H