Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi 1965 yang Belum Usai

15 April 2016   01:16 Diperbarui: 21 Juli 2016   11:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rencana pemerintah yang akan melakukan simposium tentang peristiwa 1965 pada pekan depan (18-19 April) adalah rencana yang menimbulkan pro kontra dari para pegiat HAM. Organisasi Human Right Watch (HRW) dan Korban Tindak kekerasan (Kontras) misalnya melemparkan kritik terhadaprencana simposium yang rencananya akan diadakan pada tanggal 18 dan 19 April. Agung Wijaya dalam tulisannya yang dilansir pada hari Kamis, 14 April 2016 di koran Tempo dengan judul Pegiat HAM Kritik Simposium Tragedi 1965, mempertanyakan sekaligus mengkritisi pembahasan dalam simposium tersebut. Menurutnya, hal yang terpenting adalah pembahasan mengenai solusi yang diberikan dari tragedi yang sudah memakan ribuan bahkan jutaan korban. Pemerintah harus menguak tragedi kemanusiaan yang masih belum usai tersebut dan memberikan solusi terbaik secepat mungkin.

Sebenarnya, tragedi 1965 hanya serepih dari potongan-potongan tragedi kemanusiaan yang bertebaran dan masih belum usai. Setidaknya, dalam ingatan kita masih terekam jelas beberapa peristiwa tragedi kemanusiaan yang masih terkatung-katung tanpa ada kejelasan. Misalnya saja, tragedi semanggi I dan semanggi II, Tragedi Mei 1998, Waslor 2001-2002 dan Wamena 2003, Penghilangan Paksa 1997-1998, Talangsari 1989, Penembakan Misterius 1982-1985, tragedi kemanusiaan 1965-1966. 

Tragedi-tragedi tersebut, sepertinya masih belum menemukan titik terang penyelesaiannya. Oleh karena itulah, tragedi demi tragedi yang terjadi seperti tumpukan kertas yang kalau sudah terlalu banyak akan dibuang ke tong sampah. Demikian halnya dengan tragedi yang terjadi di negeri tercinta ini. Tragedi yang sudah disebut di atas hanya segelintir dari banyak tragedi yang sudah ditutup dan dikubur dalam-dalam, berupaya menghilangkan rasa untuk menguaknya.   

Akhirnya, yang kita lakukan adalah “berpasrah” pada mereka yang menegakkan hukum. Kita tidak akan tahu apa ujung dari semua perjuangan keadilan atas tragedi-tragedi  tersebut, karena  dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan tampaknya perjuangan yang dilakukan seolah tidak menemukan titik yang memuaskan.  

Namun, yang terpenting  sampai sekarang adalah tragedi belum usai terkuak, muncul tragedi demi tragedi yang lainnya. Sepertinya tragedi tidak kunjung berhenti di negeri kita yang taat hukum ini. Mulai dari pembunuhan, pemerkosaan, penggelapan uang  akan terus menjadi tragedi-tragedi yang memakan korban demi korban. Memang ironis,  di negara yang penuh dengan aturan perundang-undangan  dan menjadi negara beragama ini, sepertinya tidak menghentikan tragedi demi tragedi yang mencuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun