"Kerja di rumah, belajar di rumah, ibadah di rumah."
Menanggapi himbauan pemerintah ini, ada banyak gereja-gereja yang membuat kebijakan untuk meniadakan ibadah. Ketika gerejamu  membuat kebijakan untuk meniadakan ibadah selama dua minggu ke depan, jangan berpikir bahwa gereja kurang beriman. Jangan menganggap gereja kurang percaya. Bukan. Bukan itu alasannya.
Kebijakan seperti ini adalah bentuk dukungan kita kepada pemerintah, dan juga bentuk kasih kita kepada sesama, agar tidak terjadi penularan yang lebih banyak lagi. Dengan mengikuti kebijakan ini, bukankah kita sudah terlibat untuk mengasihi orang-orang lain serta ikut di dalam mandat untuk mengusahakan kesejahteraan kota di mana kita berada?
Lalu, dengan kebijakan seperti ini, apakah ibadah ditiadakan? Sama sekali tidak. Memang betul, ibadah komunal tatap muka ditiadakan. Tetapi, ibadah personal dan ibadah bersama keluarga tetap jalan. Harus dijalankan. Dengan memanfaatkan media online yang begitu maju saat ini, kita masih bisa tetap beribadah kepada Tuhan. Ingat, gereja bukanlah gedungnya, tapi orangnya. Oleh karena itu, tetaplah beribadah di rumah, secara sendiri membangun keintiman dengan Tuhan dan  bersama keluarga membangun ikatan kasih satu dengan yang lain. Di dalam melakukannya, Jangan lupa untuk tetap mengikuti himbauan kesehatan dengan mencuci tangan sesering mungkin dan tetap mengonsumsi makanan yang sehat.
Sampai keadaan sudah membaik, kita akan kembali beribadah seperti biasanya.
Hal terakhir yang ingin saya sampaikan bahwa, virus ini memang menakutkan dan mencemaskan. Ada ribuan orang meninggal karenanya, tetapi ada puluhan ribu orang yang juga sembuh dari penyakit ini. Bahkan kalau ditotal di seluruh dunia maka perbandingannya, 90 % sembuh. Artinya, semua yang terjadi sekarang ini,masih dalam kendali Tuhan yang menciptakan dunia ini. Oleh sebab itu, kita harus bersama mengimani frasa yang berulang kali dikatakan dalam Alkitab. Jangan takut!
Percayalah bahwa  semuanya masih dalam kendali-Nya. Dia Allah yang berkuasa dan berdaulat atas ciptaan-Nya. Sekali lagi, jangan takut. Â
Tuhan Yesus Kristus menyertai kita.
Jakarta, Â 18 Maret 2020
Yunus Septifan Harefa