Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Hal yang Harus Disyukuri oleh Umat Islam kepada Ahok yang menista agama

12 Oktober 2016   14:43 Diperbarui: 12 Oktober 2016   15:35 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Polemik mengenai surah Al Maidah yang dikutip oleh Ahok menjadi isu yang masih hangat sampai sekarang. Meskipun Ahok sudah menyampaikan permintaan maaf, masih banyak pihak yang tidak puas dan ingin melanjutkan isu tersebut, dengan berulang kali menyebut istilah “penistaan agama”.

Sebagai seorang non-Muslim, hal ini menggelisahkan saya, karena isu penistaan agama yang diangkat secara berlebihan ini bisa jadi titik awal perselisihan antara Muslim dan non-Muslim. Padahal, kita sangat tahu bahwa isu agama sangat sensitif dan bisa berujung pada perpecahan antara bangsa. Semakin banyak yang memperdebatkan teks tersebut, semakin banyaknya yang akan terprovokasi dengan isu ini.

Pada dasarnya, teks yang dikutip oleh Ahok adalah teks yang sangat multitafsir dan penuh dengan pertanyaan-pertanyaan. Saya bukan muslim, tetapi sepengetahuan saya agama Islam tidak mengajarkan pertengkaran, melainkan perdamaian. Namun, dengan isu yang berkembang ini, mengapa seolah-olah agama Islam sangat anti terhadap non-Islam?

Akhirnya, kemunculan surah Al Maidah 51, dengan isu “penistaan agama”, menjadi momentum bagi para pembelajar dari kalangan non-muslim untuk mempelajari mengenai agama Islam. Secara khusus, pemahaman mengenai keberagaman dan relasi antar umat beragama.

Dengan demikian, 3 hal yang patut disyukuri oleh umat Islam, melalui isu penistaan agama ini.

Berkesempatan untuk menjelaskan arti dari surah Al Maidah 51

Melalui perisitiwa ini, umat Islam dapat menjelaskan secara jelas pemahaman yang tepat mengenai surah Al Maidah 51. Jangan sampai ayat ini dijadikan sebagai alat politik oleh orang-orang yang ingin berkuasa, serta alat provokasi untuk menghancurkan persatuan yang sudah dibangun dan dipertahankan oleh para pendiri bangsa ini.

Berkesempatan untuk mengajarkan konsep kerukunan beragama dalam Islam

Melalui peristiwa ini, umat Islam dapat meluruskan pemahaman yang salah mengenai konsep beragama. Bagaimana seharusnya seorang muslim menjalin relasi dengan umat beragama yang lain? Bagaimana umat Islam memahami toleransi beragama? Apakah ada konsep perdamaian, keadilan, dan kerukunan beragama dalam agama Islam? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul sebagai bentuk keingintahuan dari non-Muslim untuk belajar mengenai agama Islam.

Menjaga kesatuan internal

Melalui peristiwa ini, kami bisa mengerti bahwa agama Islam memiliki kekayaan keberagaman berpikir, serta keberbedaan cara pandang di dalamnya. Semoga perbedaan tersebut tidak memecah belah kalangan Islam itu sendiri.

Bagaimanapun, bangsa Indonesia tidak boleh dikacaukan oleh isu kacangan, yang sifatnya hanya untuk mencari sensasi. Mari kita tetap menjaga kesatuan bangsa ini, dengan tidak menjadikan agama sebagai alat untuk berpolitik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun