3/2/2016. Pemberitaan mengenai pembunuhan Mirna, bukan lagi menjadi rahasia. Kasus ini menjadi trending topic baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bukan hanya media lokal yang menyoroti kasus kopi neraka ini, tetapi media asing juga turut serta menyorotnya. Semua mata tampaknya agak terbelalak dengan kasus ini dibandingkan dengan kasus lain yang juga sedang mencuat, seperti satu orang tewas akibat bentrokan antara ormas di Medan, kasus bom thamrin yang belum usai, merajalelanya eks gafatar, dan kasus-kasus yang melingkarinya.
Pada tahun lalu, masih terbesik di pikiran kita tentang kasus pembunuhan Angeline oleh orang tua asuhnya sendiri dan kasus serupa juga menjadi trending topik sepanjang minggu. Namun, saat ini kasus itu sudah lagi tidak diperdulikan lagi, bahkan sudah mulai lupa. Padahal kalau diikuti, baru saja ada putusan hukum untuk Agus yang ikut berperan dalam pembunuhan Angeline selama 12 tahun dan dikenakan denda 1 miliar. Namun kasus yang dulunya menjadi trend, kini sudah usang dan tidak diperdulikan lagi. Akhirnya, kita hanya peduli pada ‘kasus-kasus’ tersebut dan buka pada manusia-manusia yang terlibat di dalamnya. Manusia lebih suka dengan misteri, setelah misteri terkuak, sudah tidak menarik lagi.
Demikian halnya dengan kasus pembunuhan Mirna. Semua media, semua kalangan dari berbagai latar belakang, tampak begitu serius mengikuti perkembangannya. Hal ini disebabkan penetapan Jessica sebagai tersangka masih mengundang pro dan kontra. Pembunuh Mirna masih belum jelas, karena Jessica tidak mengakui bahwa dia yang melakukannya dan dalam beberapa kali pemeriksaan, Jessica memang masih belum terbukti bersalah. Bukti-buktinya masih belum menjelaskan secara utuh siapa pelaku sebenarnya. Akhirnya, dengan pro dan kontra inilah, kasus ini semakin menarik perhatian banyak orang. Misteri itu menarik dan misteri itu mengundang hasrat untuk memecahkannya.
Saat ini jutaan orang sedang menunggu misteri itu terkuak dan ingin segera menyelesaikan petualangan persepsi dan asumsi yang sudah merebak di seluruh pelosok. Polisi harus segera mengclearkan dan hakim harus segera menetapkan siapa sebenarnya pembunuhnya dan apa yang menjadi motif di balik pembunuhan tersebut.
Namun, sebelum semuanya jelas terkuak, saat ini semua mata tertuju pada Jessica yang telah ditetapkan sebagai tersangka yang menaruh sianida di kopi Mirna. Mirna sudah meninggal. Dia sudah tiada dan dia tidak pernah menyangka bahwa kematiannya akan menjadi booming di hadapan publik. Namun, Jessica belum meninggal. Jessica masih hidup dan akan menerima akibatnya jika benar ia yang melakukannya.
Menurut saya, Jessica harus diadili sesuai dengan hukum yang berlaku, jika ia terbukti bersalah. Namun, sebelum waktunya “kita tidak boleh menghakiminya”. Sebelum pembuktian jelas, “kita tidak boleh menyatakan dia bersalah. Saat ini opini yang tersebar di seluruh media sudah di luar batas. Berita yang berlebihan membangun asumsi yang negatif tentang Jessica. Secara tidak sengaja, kita sudah menghakimi Jessica sebelum waktunya, kita sudah menjadikan dia bersalah sebelum semuanya jelas. Semua mata memandang Jessica bersalah.
Sebenarnya, persepsi publik yang negatif tentang dirinya, jauh lebih sakit dan menusuk emosinya, daripada hukuman penjara atau hukuman mati. Pada masa-masa penahanan ini, ribuan mata menghakimi Jessica sebagai orang paling berdosa di dunia ini. Jessica adalah tersangka sekaligus korban dari kasus pembunuhan Mirna. Masyarakat dan media turut memberi hukum atas Jessica dengan statement yang cenderung provokatif dan cenderung membully Jessica.
Menurut saya, berita ini diangkat terlalu berlebihan, sehingga mengakibatkan kita terjebak dalam asumsi, tuduhan, dan gosip yang sebenarnya masih belum terlalu jelas buktinya. Kalaupun Jessica adalah pelaku atas kematian Mirna, ya biarlah ia menerima konsekuensi dari perbuatannya. Kalau Jessica yang melakukan, maka dia harus diadili.
Namun sebelum waktunya, kita tidak boleh menghakiminya, karena di negara hukum ini kita punya hakim yang mengadili dan biarlah mereka melakukan tugasnya. Menurut saya, media jangan terlalu lebay membesar-besarkan kasus ini, sehingga masyrakat tidak terjebak dalam gosip-gosip tidak bermutu. Masyarakat juga harus berhikmat untuk menanggapi berita ini dan tidak mudah terprovokasi dengan asumsi-asumsi belaka. Mari kita biarkan para pelaksana hukum di negeri kita ini menjalankan tugasnya dengan baik, dan kita masyarakat menjadi saksi sejarah yang belajar atas kejadian ini. Hukum adalah hukum, ditegakkan pada waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H