Pemilihan Umum Presiden 2014 Â segera dimulai. Hati Raja di tangan Tuhan itulah yang firman Tuhan katakan, dan itulah yang harus kita doakan. Dalam beberapa hari lagi, bangsa kita akan memilih pemimpin baru untuk 5 tahun ke depan. Sejujurnya aroma persaingan untuk mendapatkan suara terbanyak. Sebagian di kerjakan dengan cara cara yang bermartabat bahkan menyentuh hati dan memberi pengharapan.
Sebagian lagi dengan cara cara yang mengerikan dan bahkan keji. Apa yang perlu kita renungkan dengan semuanya ini? Disatu sisi kita melihat bahwa pesta demokrasi ini adalah jalan terbaik bagi bangsa, namun jika tidak dikelola dengan dewasa, potensi perpecahan ada di depan mata.
Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan yang mengalami kasih Nya yang ajaib, inilah sikap yang harus muncul di hidup kita :
1. KEBENARAN MENINGGIKAN DERAJAT BANGSA.
Itupun adalah apa yang tertulis dalam firman Nya. Setelah tanggal 9 juli nanti, seharusnyalah kita melanjutkan hidup dan menata masa depan bersama sama sebagai satu bangsa. Seberapa derajat bangsa ini akan naik atau turun, tergantung cara dan sikap kita sendiri. Jika kita memilih jalan kebenaran, maka derajat bangsa kita akan naik. Sebab itu firman Tuhan. Tetapi jika karena kebencian, sakit hati, marah, dendam, balas dendam, dan ketidakdewasaan membuat kita meninggalkan jalan kebenaran, bahkan memilih jalan jalan yang jahat.
Maka bangsa ini sedang kita bawa sendiri di jurang kenistaan. Sebagai anak anak Tuhan, mari teladani hidup dalam kebenaran, berkata - kata dalam kebenaran, berpikir dalam kebenaran dan dengan hati yang benar. Hentikan semua fitnah, olok olok yang menghina orang lain, sindiran yang merendahkan sesama, ya..semua yang tidak di dalam kebenaran, harus dihentikan. Sudah waktunya merajut hati dengan semua anak bangsa, sebab kita bukan anak partai, bukan anak organisasi, tetapi anak ibu pertiwi. Pesta demokrasi tak boleh memecah belah negeri tercinta ini. Hiduplah dalam kebenaran dan mulailah dengan kita.
2. HATI RAJA DI TANGAN TUHAN.
Saat saat inilah saat terbaik untuk berdoa, berdoa dan berdoa! Rakyat akan menentukan pilihannya. Siapapun dia, kita berdoa supaya hatinya di genggam oleh tangan Tuhan. Sudah banyak janji diucapkan, sudah banyak ikrar dan sumpah di canangkan, dan tentunya semua untuk Indonesia yang lebih baik.
Tetapi setelah terpilih, apakah semuanya itu terbukti? Apakah semuanya digenapi? Hanya jika tangan Tuhan menggenggan hatinya, semuanya akan menjadi luar biasa. Team kampanye tak bisa memaksa sang pemimpin untuk menepati janjinya. Bahkan seringkali rakyatpun tidak.
Namun kita tak perlu kecil hati. Ada Tuhan yang pasti pegang kendali atas bangsa yang besar ini. Mulai saat ini, mari kawal bangsa ini dengan doa. Itu lebih ampuh dari apapun. Sebab dalam kenyataannya, tak banyak dari kita yang bisa bersentuhan langsung dengan sang pemimpin. Tak banyak yang bisa bicara dari hati ke hati dengan beliau. Tapi Tuhan bisa, dan Tuhan pasti bicara. Bagian kita adalah mendoakan dan dukung dengan segenap hati, guyup rukun membangun negeri.
3. VISI MEMANG HARUS DIUJI
dan di uji dengan semua fakta dan kesulitan dilapangan, apakah itu sebuah visi yang bisa diwujudkan atau tidak. Cuma berjanji tak butuh biaya, tetapi mewujudkannya butuh harga yang amat mahal dalam segala hal. The Man Behind The Gun,yang menjadi penentu. Sehebat apapun visi, ujungnya tetap bergantung pada karakter pemimpin itu sendiri. Jadi buka mata dan telinga yang selebar lebarnya, sampai paling tidak mulai terbaca karakternya, walau tak mudah.
4. MEMERINTAH DENGAN TEGAS
Ada tipe pemimpin yang ketiga, yang memerintah dengan tegas namunpenuh dengan kasih dan perhatian. Â Di satu sisi mereka bisa ambil keputusan yang tegas dan tepat, namun mereka juga mau mendengarinspirasi rakyat dan mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri sendiri. Â Seorang pemimpin yang mau melayani rakyatdan rendah hati.
5. KEPERCAYAAN YANG DIBERIKAN JANGAN DI SALAHGUNAKAN
dan mengecewakan rakyat. Memang tidak mudah untuk menyenangkan rakyat. Â Kadang ada permintaan yang tidak harus di turuti. Di sinilah diperlukan hati yang bijaksana, supaya setiap keputusan yang diambil menghasilkan kebaikan. Berbicara tentang kebijaksanaan, maka Raja Salomo atau Raja Sulaimanlah pakarnya, dia pernah menghadapi situasi sulit, namun berhasil menyelesaikan dengan baik.
Saudaraku, mari cintai dan jangan sakiti sesama, walau kita berbeda. Kesatuan tak berarti keseragaman. Kebhinekaan adalah kekayaan yang tak ternilai. Semua kita adalah anak anak yang di sayangi Tuhan. Mari saling melayani, saling membebat dan menyembuhkan. Seperti Tuhan Yesus berkata : Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Amin.
Oleh Pdt. DR. Drs. Petrus Agung Purnomo -Â Gembala Senior JKI INJIL KERAJAAN, Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H