Mohon tunggu...
Ivan Giovanni
Ivan Giovanni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merawat Keberagaman dalam Perbedaan

13 Februari 2017   22:57 Diperbarui: 14 Februari 2017   19:06 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Ir. Soekarno, Presiden Pertama RI

Apa kabarmu kawan? Senantiasa kusambut langkahmu di tanah tercinta ini. Tanah airku, Indonesia. Sejak dahulu semua rakyat memperjuangkanmu, membelamu mati-matian. Semangat dan perjuangan yang mampu menjembatani sejuta perbedaan yang ada. Namun sekarang bagaimana? Apakah kita masih memegang prinsip yang sama???

Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, dengan keindahan alam serta budaya yang menawan. Membentang luas dari Sabang sampai Merauke, masyarakat Indonesia memiliki beragam kebudayaan, etnis, dan agama dengan karakter khas yang ramah dan toleransi yang tinggi. Lebih dari 1300 suku bangsa, 500 bahasa, serta 6 agama telah hidup dalam masyarakat sejak lama. Seperti semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, mereka berbeda, namun tetap satu.

Dahulu, semua rakyat Indonesia ingin bersatu, dan berjuang demi merebut kemerdekaan dari penjajah. Beragam suku bangsa, etnis, budaya, serta agama bersatu dengan jembatan nasionalisme dan patriotisme yang kokoh demi mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Melalui pengorbanan jiwa dan raga para pendahulu kita, akhirnya terwujudlah cita-cita untuk melahirkan INDONESIA.

Namun kini, situasi berbeda. Kita tidak lagi harus berhadapan dengan para penjajah. Musuh kita sekarang adalah diri kita sendiri. Kita yang tidak mampu menahan diri. Kita yang tidak mampu menahan egoisme, dan kepentingan pribadi. Atau pun kita yang tidak peduli akan keadaan, memilih diam, cuek, dan membiarkan segala masalah terjadi seperti badai yang pasti berlalu.

Perpecahan, konflik, korupsi, narkoba, terorisme, hoax. Dimanakah moral bangsa kita? Banyak orang yang sudah terlanjur melupakan semangat para pendiri bangsa. Semangat kesatuan seakan tidak lagi bergelora di hati bagi bangsa yang telah menginjak usia 71 tahun yang ini. Kali ini, gejolak perpecahan dibumbui dengan faktor politik, aksi provokasi, serta hoax yang beredar di masyarakat.

Perlu kita ingat sekali lagi bahwa Indonesia adalah negara persatuan, bukan milik sekelompok etnis ataupun segelintir orang tertentu. Indonesia bukanlah negara komunis, namun bukan pula negara agama tertentu. Indonesia juga bukan rumah bagi kejahatan, korupsi, narkoba, ataupun terorisme. Namun Indonesia adalah negara Pancasila dengan berjuta keberagaman yang memberi warna indah dalam hidup masyarakatnya.

Gejolak yang tengah terjadi saat ini merupakan suatu tamparan besar bagi nurani kita. Seiring meningkatnya suhu politik di tanah air, oknum yang tidak bertanggung jawab gencar memanaskan suasana, dan berusaha menghapus keberagaman. Dengan menumpang pada kecanggihan teknologi, para pemilik kepentingan berusaha menyebarkan virus untuk mengacak dan mengelompokkan bangsa ini menjadi sel-sel kecil yang rentan pecah.

Sesungguhnya, kita sedang dilema oleh konsep yang keliru. Keangkuhan telah membutakan kita, membuat kita menjadi liar dan menginjak saudara kita sendiri. Terlebih, menjelang PILKADA serentak 2017, isu-isu SARA semakin sering muncul, terutama sebagai bahan kampanye hitam. Sungguh miris bahwa masih ada di antara kita yang rela mengorbankan persatuan bangsa hanya untuk meraih jabatan selama 5 tahun. Dimanakah hati nurani kita?

Kita bisa berkelit dengan sejuta alibi terkait hal tersebut. Namun semuanya berpulang pada pandangan kita sendiri. Perbedaan yang ada di tengah masyarakat bukanlah untuk menjelekkan atau mengintimidasi orang lain, melainkan perbedaan hadir sebagai pelengkap dan pemberi warna kehidupan kita. Adalah suatu ide buruk jika kita terus berdiam diri dalam situasi ini dan hanya menjadi pengamat dari kejauhan. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara perlu mengambil sikap dewasa demi menjaga kebhinnekaan.

Berpolitiklah secara aktif dalam masyarakat, dengan mengedepankan nilai-nilai persatuan, toleransi, serta keberagaman. Sebarlah virus-virus kebhinnekaan melalui sikap kita, terlebih dalam ajang PILKADA serentak 2017 ini. Jangan ragu untuk menegur dan meluruskan pandangan kawan kita. Sebab segala tindakan kita dapat berpengaruh pada pandangan orang lain terhadap kebhinnekaan bangsa. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk memilih pemimpin yang dianggap tepat dan mampu membawa kita pada kejayaan dan persatuan bangsa. Ayo tunjukkan persatuan dalam perbedaan!

BHINNEKA TUNGGAL IKA

Kita memang berbeda-beda, tetapi kita tetap SATU INDONESIA!


Salam,

Ivan Giovanni

Pelajar SMA Kolese Kanisius

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun