Mohon tunggu...
Ivandhana
Ivandhana Mohon Tunggu... -

Personal Productivity Coach | Trainer | Licensed NLP Practitioner | Certified Professional Coach | Founder of Inspiring Youth Educators | www.ivandhana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengantre?

21 Mei 2018   22:48 Diperbarui: 22 Mei 2018   09:36 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Didalam menjalankan aktivitas sehari-hari saya kerap menggunakan moda transportasi Commuter Line atau yang sering disebut juga sebagai KRL. Kemacetan yang cukup sering terjadi di ibukota memang akhirnya membuat moda transportasi public yang satu ini menjadi pilihan utama bagi orang-orang yang mengharapkan ketepatan waktu tatkala beraktivitas di pekerjaan tak terkecuali diri saya.

Dengan makin populernya moda transporatsi satu ini, maka kepadatan di stasiun terutama jam-jam sibuk pun tak terhindarkan. Di beberapa stasiun tertentu saya kerap melihat antrean yang cukup panjang seperti yang sempat saya abadikan di foto diatas. Lantas apa yang menarik dari sebuah "antrean" diatas ini?

Antrean diatas terjadi akibat banyaknya pengguna KRL yang harus membeli ataupun menukarkan tiketnya secara manual kepada petugas yang memang terbatas yang jelas tidak sebanding dengan jumlah pengguna. Akibatnya antrean yang mengular pun kerap terlihat. Namun sebenarnya antrean tersebut tak akan terjadi apabila setiap pengguna sudah mengeluarkan uang elektrik seperti Kartu Flazz, E-money, hingga Tap cash yang dikeluarkan oleh Bank.

Saya lantas bertanya kepada salah satu orang yang mengantre tentang alasan mereka belum menggunakan uang elektronik yang sudah jelas akan membuat mereka tak perlu mengantre dan bisa langsung masuk ataupun meninggalkan stasiun dengan cepat. Jawaban ibu-ibu yang saya Tanya tadi cukup simple, yaitu "ribet". Yah, ibu tadi terlihat tidak mau menghadapi keribetan yang harus dia jalankan ketika mengisi saldo ataupun membeli kartu tersebut di bank penyedia uang elektronik.

Dari ibu-ibu tadi saya akhirnya mendapatkan insight bahwa memang kadang keengganan kita untuk melakukan sesuatu yang sesungguhnya kita butuhkan kadang justru menyusahkan diri kita. Ketika sang ibu tadi bersedia melepaskan sedikit keengganannya untuk mempelajari cara untuk membeli uang elektronik dan mengisinya di merchant-merchant yang sekarang sudah tersebar, mungkin ibu itu dapat mempersingkat waktu tunggunya di stasiun yang awalnya 20-30 menit mengantre menjadi sekitar beberapa detik yang digunakan untuk menyentuhkan uang elektronik di pintu elektronik yang ada di stasiun.

Ah, sudahlah, memang kadang kita terlalu malas untuk melakukan hal-hal yang sudah seharusnya kita lakukan demi kepentingan jangka panjang.

Ivandhana
Personal Productivity Coach
Ingin mendapatkan update terbaru dari saya? Silahkan kunjungi www.ivandhana.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun