Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menciptakan Sejarah Indonesia dalam Presidensi G20: Pentingnya Investasi di Sektor Pendidikan

31 Juli 2022   10:30 Diperbarui: 31 Juli 2022   10:32 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah bukan segalanya, namun jumlah bisa juga menjadi parameter pengambilan keputusan strategis. Jumlah bagi filsuf seperti Plato bukanlah pemenang, tanpa disertai variabel lainnya, maka jumlah yang banyak menjadi pemenang, namun merugikan jumlah yang lebih sedikit. 

Kata-kata Plato memang brilian. Katanya bahwa  keputusan yang baik diambil berdasarkan pengetahuan, bukan semata jumlah. Jumlah yang banyak namun tidak berkualitas, akan berdampak pada pengambilan keputusan yang "sesat".

Jumlah adalah relatif, namun saat ini jumlah tidak dapat menentukan apakah sebuah organisasi memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang baik, meskipun merepresentasikan jumlah. Jika dimaknakan secara sempit dan rigid,  perubahan G7 menjadi G20 membuktikan bahwa jumlah itu penting.

Namun jika diartikan secara lebih mendalam, apalagi dalam konteks G20, representasi itu tidak menentukan apakah Indonesia dapat mengambil peran "lebih" dalam kolaborasi dan sinergi yang menguntungkan bagi Indonesia sendiri atau sebaliknya.

Meskipun PBB mengakui 241 negara di dunia yang memiliki wilayah dan 195 negara memiliki pusat pemerintahan sendiri, namun hanya 19 negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia dan Uni Eropa,yang terdiri dari negara maju dan negara berkembang yang memiliki tingkat pendapatan menengah dan tinggi yang dinilai layak masuk G20.

Good enough is not enough merepresentasikan bahwa Indonesia dinilai layak memegang presidensi G20 tahun 2022, namun apakah itu cukup merepesentasikan kesiapan Indonesia?

G20 awalnya dibentuk untuk menjawab krisis moneter pada tahun 1998 dengan menggabungkan negara berkembang dan negara maju. Khususnya agar terdapat pandangan merata sehingga solusi yang dikeluarkan tidak hanya menguntungkan negara- negara maju.

Pertanyaan kuncinya adalah, apakah selama 24 tahun terakhir, bagaimana eksistensi Indonesia, terkhusus dampaknya dalam kebijakan-kebijakan nasional? Resolusi masalah G20 dipandang sebagai deklarasi niat politik tetapi tidak mengikat secara hukum.

Kelompok Dua Puluh, pertemuan informal dari banyak ekonomi terbesar dunia, adalah forum global utama untuk membahas masalah ekonomi. Tetapi telah menghadapi perpecahan atas perdagangan dan respons terhadap perubahan iklim.

Sebelumnya terdapat G7, kelompok yang lebih kecil dari negara-negara demokrasi maju, telah menyusut, karena pasar negara berkembang mengambil bagian yang relatif lebih besar dari ekonomi dunia.negara-negara.

Secara massif, G20 menyumbang sekitar 80 persen dari output ekonomi global, hampir 75 persen dari ekspor global, dan sekitar 60 persen dari populasi dunia, dan angka-angka ini tetap relatif stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun