Mohon tunggu...
Ivana Monica
Ivana Monica Mohon Tunggu... -

A third-year business student. One of the Global Korean Scholarship 2014 recipients to SolBridge University in South Korea.\r\nBinus Exchange Scholarship 2015 recipient to Kyung Hee University. A music teacher and a blogger; as well as a member of WoW Korea Supporters 2015 held by the Korea Tourism Organization in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Daejeon: "Jogjakarta" di Korea Selatan

5 April 2014   16:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="396" caption="Daejeon city (visitkorea.or.kr)"][/caption]

Bila mendengar kata “kota Pelajar”, di benak kita pasti terbesit nama kota Jogjakarta. Tapi bila kita bertanya kepada orang Korea, maka kemungkinan besar jawaban yang mereka lontarkan adalah Daejeon. Daejeon,kota kelima terbesar di Korea Selatan, adalah kota yang perkembangannya memang difokuskan di bidang sains dan teknologi. Selain menjadi pusat penelitian bagi perusahan besar seperti Samsung dan LG, tempat wisata yang ditawarkan di Daejeon juga tidak jauh dari sains dan teknologi. Misalnya Expo Park ; sebuah taman hiburan (amusement park) dimana terdapat pula beberapa atraksi yang semuanya berkaitan dengan sains dan teknologi seperti Human Body (pengenalan akan tubuh manusia), Animal Jungle, dan Electric Energy Pavilion. Bahkan, di sepanjang jalan masuk ke taman ini terdapat banyak patung ilmuwan peraih Nobel yang diharapkan bisa menginspirasi anak-anak dan para pelajar untuk bisa seperti mereka di kemudian hari.

[caption id="" align="aligncenter" width="419" caption="Expo Park (visitkorea.or.kr)"]

Expo Park
Expo Park
[/caption]

Selain Expo Park, Daejeon juga memiliki universitas sains dan teknologi nomor satu di Korea Selatan. KAIST (Korea Advanced Institute of Science and Technology) berhasil menempati peringkat ke-63 universitas terbaik di dunia pada tahun 2012 dan telah meluluskan kurang lebih 8.453 sarjana, 17.762 master dan 6.726 gelar doktor dan semua lulusan itu berusia rata-rata dibawah 30 tahun.

Setelah sudah sebulan lebih tinggal disini, saya banyak menemukan hal – hal lain yang membuat Daejeon pantas disebut sebagai kota pelajar. Daejeon adalah kota yang nyaman dan aman bagi para pelajar. Ya,keadaan yang dianggap “nyaman” memang berbeda-beda bagi tiap orang. Tapi bagi saya, Daejeon adalah kota yang nyaman untuk belajar. Meskipun hanya berjarak 150 km dari ibukota Korea, Seoul, Daejeon mempunyai keadaan yang jauh berbeda dari segi kepadatan penduduk. Dengan 10 juta penduduk terdaftar yang hidup dalam area sebesar 605.21 km², Seoul merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Kepadatannya telah membuatnya menjadi salah satu kota digital-kabel di dunia. Kota ini juga memiliki kendaraan terdaftar lebih dari 1 juta kendaraan yang menyebabkan kemacetan sampai lewat tengah malam. Orang-orang berjalan begitu cepat dan terkesan terburu-buru sehingga kita tidak bisa sekadar berjalan santai. Subway atau kereta bawah tanah juga begitu padat.Saya pernah nyaris terdorong keluar kereta karena begitu banyak orang berdesak masuk dan keluar pintu subway.

[caption id="" align="aligncenter" width="497" caption="Seoul Subway Map 13 Line. (seoulistic.com)"]

Seoul Subway Map (13 Line)
Seoul Subway Map (13 Line)
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Crowded Seoul Subway (seoulistic.com)"]
Crowded Seoul Subway
Crowded Seoul Subway
[/caption] Keadaan Seoul yang begitu padat, bila dibandingkan dengan Daejeon, tentu sangat berbanding terbalik. Dengan 1.438.778 penduduk dan luas 539.84 km², Daejeon memiliki keadaan kota yang lebih lenggang. Kita masih bisa berjalan santai kemanapun tanpa harus terburu-buru. Jalur Subway Daejeon hanya 1, yang bila dibandingkan dengan 13 jalur subway yang dimiliki Seoul, tentu menimbulkan rasa nyaman. Tidak perlu berdesak-desakkan keluar masuk pintu. Banyak pelajar bahkan bisa mengerjakan pekerjaan sekolah atau membaca buku selagi berada di subway, yang tentu saja tidak mungkin bisa dilakukan di Seoul. Keadaan kota yang lebih sepi dan tenang juga memungkinkan para pelajar untuk belajar dimanapun seperti di kafe atau taman tanpa merasa terganggu.

[caption id="" align="aligncenter" width="673" caption="Daejeon Subway Map (1Line). (wikimedia.org)"]

Daejeon Subway Map (1Line)
Daejeon Subway Map (1Line)
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="180" caption="Peaceful Daejeon Subway (wikimedia.org)"]

Peaceful Daejeon Subway
Peaceful Daejeon Subway
[/caption]

Biaya hidup di Daejeon juga relatif lebih murah dibandingkan Seoul. Makanan seharga 3000-5000 won adalah harga standar di Daejeon sementara di Seoul rata-rata semua makanan sudah diatas 6000 won. Bagi para pelajar yang biasanya tinggal sendiri (terpisah dari orangtua), tentu hal ini lebih menguntungkan bagi mereka. Sekilas, keadaan ini  mirip dengan kota Jogjakarta yang biaya hidupnya masih relatif lebih murah dibanding kota Jakarta.

Tidak salah rasanya bila Daejeon disebut sebagai “Jogjakarta”-nya Korea Selatan. Bagi para pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi di Korea Selatan, Daejeon bisa menjadi salah satu pilihan terbaik!

(Daejeon, 5 April 2014 – Ivana Monica)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun