Mohon tunggu...
Ivana Lian
Ivana Lian Mohon Tunggu... Perawat - perawat

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Aspek Kesehatan Gigi dari Budaya Menyirih Masyarakat NTT

17 Maret 2023   09:10 Diperbarui: 17 Maret 2023   09:21 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Timor merupakan salah satu suku bangsa Indonesia di wilayah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur yang terletak pada geografi sebelah utara dan juga barat terdapat Laut Sawu, pada wilayah timur berdekatan dengan negara Timor Leste, dan Selatan berbatasan dengan Laut Timor. Kediaman Suku Timor terdapat 2 wilayah persebaran, ada yang mendiami wilayah Indonesia dan yang lainnya bermukim di negara Timor Leste (Kristi 2012). Bagi Suku Timor, Wilayah kediaman atau biasa disebut pulau Timor ini juga populer dengan nama “Nusa Cendana”, yaitu wilayah yang memiliki padang sabana yang luas, bukit-bukit, dan hutan primer maupun hutan sekunder (Ilham 2017).

Menyirih adalah istilah yang dipakai untuk menyebut kebiasaan mengunyah paduan daun sirih, pinang dan kapur yang di perkirakan sudah ada sejak kurang lebih 2000 tahun silam. Kebudayaan menyirih merupakan kebudayaan turun- temurun yang telah ada di Indonesiasejak abad ke-6. Banyak dilakukan masyarakat di daerah Kalimantan, Papua, Jawa, NusaTenggara Timur, Sumatera dan daerah lainnya.

Berbeda dengan kebiasaan menggunakan daun sirih pada masyarakat Sumatra atau Jawa, masyarakat NTT menggunakan buah sirih yang digunakan untuk campuran menyirih. Daun sirih dianggap menimbulkan batuk, menimbulkan rasa gatal di tenggorokan sehingga tidak digunakan. Mereka juga tidak menambahkan gambir atau tembakau sebagai campuran. Cara menyirih yang dilakukan adalah pertama-tama mengupas buah pinang dengan cara menggigit buah pinang sampai terbuka kulitnya kemudian dikeluarkan daging buahnya. Daging buah pinang kemudian dikunyah. Kemudian dilanjutkan dengan mengunyah daun sirih (Rohmansyah,2015).

Menyirih memiliki efek terhadap gigi, gingiva, dan mukosa mulut. Kepercayaan tentang menyirih dapat menghindari penyakit mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang tidak sedap kemungkinan telah mendarah daging diantara para penggunanya. Kebiasaan menyirih tidak lepas dari kepercayaan masyarakat yang mempercayai bahwa mengunyah sirih pinang dapat memberikan kenikmatan seperti rang merokok, disamping itu pengetahuan masyarakat NTT yang minim dan tidak diimbangi terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut menjadi penyebab kerusakan pada gigi.

Masyarakat masih melakukan tradisi menyirih tersebut yang mereka anggap itu adalah kebiasaan yang turun temurun, namun masyarakat sudah mengikuti saran perawat dengan melakukan kebersihan gigi dan cara menyikat gigi dengan benar, memperhatikan beberapa efek buruh yang sangat merugikan oleh karena kapur di dalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana basa di dalam mulut, sehingga dapat terjadinya penumpukan kalkulus. Silikat yang terdapat di dalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun