Mohon tunggu...
Wandra Irvandi
Wandra Irvandi Mohon Tunggu... lainnya -

only one

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Membangun kebiasaan sebagai seorang muslim

6 Desember 2012   08:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tahu bahwa kita saat ini sudah hidup didunia, mau tidak mau, suka tidak suka kita tetap harus melanjutkan kehidupan ini, life must go on. Dengan membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami tentu saja menjadikan hidup kita ini lebih bermakna, sehingga tidak kehilangan arah dan tujuan. Banyak orang yang mulai ragu dan bimbang bagaimana menjalankan hidup ini, karena tidak memiliki panduan termasuk didalamnya bagaimana berfikir dan bersikap.

Sekali lagi, yang berperan sangat penting dalam pikiran kita adalah asupan-asupan yang kita masukkan. Kita harus memberikan asupan pada pikiran kita tentang pemikiran-pemikiran islam. Selanjutnya dengan apa yang sudah kita pahami maka kita latih dan kita bentuk pola sikap yang islami pula dalam diri kita. Namun kadangkala, tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, karena belum terbiasa dan terlatih wajar sekali kalau hal tersebut adalah sulit bahkan sangat sulit. Namun sekali lagi kuncinya karena belum paham dan belum terbiasa.

Kita dari kecil sudah terbiasa mandi, walaupun sekarang lebih memahami untuk apa mandi. Kita juga sudah terbiasa makan, dan sekarang lebih paham lagi untuk apa makan itu. Termasuk aktivitas-aktivitas lainnya, dari bekerja, berbicara, menulis dan sebagainya, yang sebagian kita paham mengapa kita melakukan itu semua. Namun ada juga manusia yang belum memahaminya, dikarenakan asupan pemahaman yang didapatkannya masih kurang.

Untuk menjaga pemahaman kita maka dari itu kita perlu melatih kebiasaan, dari kecil kita terbiasa menulis maka akan bisa menulis yang bagus dan indah, terbiasa membaca dengan lancar dan cepat, maka membaca bukanlah hal yang sulit. Berikut beberapa tips untuk membangun kebiasaan dalam diri kita ini.

Pertama, Membangun kebiasaan dimulai dari hal yang sangat kecil dan ini butuh waktu 1-3 bulan, sehingga diri kita terbiasa. Jika sudah terbiasa ditingkatkan menjadi 6 bulan dan seterusnya, sambil menambah kebiasaan lainnya. Misalnya aktivitas bangun di awal waktu, dengan langsung beraktivitas, membersihkan rumah atau berolah raga, atau menambah asupan pikiran kita dengan bacaan-bacaan islami, apalagi diawali semua aktivitas tersebut dengan membaca Alquran.

Kedua, cara lain untuk membangun kebiasaan adalah dengan memiliki agenda harian atau catatan hal-hal yang akan kita lakukan hari ini, dan membuat tanda check list pada setiap hal yang sudah kita lakukan, dan yang akan kita ulangi lagi besok harinya. Tentu saja bisa berbentuk aktivitas harian, aktivitas mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ini memang butuh kesabaran. Agenda bisa kita susun dimalam hari sebelum tidur atau di pagi hari sebelum beraktivitas, dan akan kita evaluasi pada malam harinya. Tentu saja tidak perlu banyak, sedikit tetapi konsisten inilah yang akan menghasilkan kebiasaan.

Ketiga, Memberikan hadiah atau hukuman terhadap hal-hal yang sudah kita lakukan atau yang belum kita lakukan termasuk cara yang sangat efektif untuk memotivasi diri. Hukuman nya pun yang bernilai positif sehingga semakin semangat dalam beraktivitas, misalnya dengan hukuman harus membaca buku atau menambah hafalan. Dorongan akan hadiah yang akan diraih juga salah satu cara memotivasi diri, perlu diingat juga hal ini sifatnya sementara.

Terakhir, cara untuk membangun kebiasaan tentu saja harus ada yang mengontrol, tentu saja selain diri sendiri keberadaan orang lain sangat efektif sebagai pengontrol kita. Bagi orang yang sudah berkeluarga keberadaan pendamping hidupnya sebagai pengingat dan pengontrol aktivitas kita. Sebagai anak, peran orang tua atau saudara-saudara kita sangat membantu untuk mengawasi kita. Apabila kita sendirian, keberadaan sahabat dan teman merupakan pendukung untuk aktivitas kita, sekali lagi teman yang dicari adalah bukan hanya sekedar mendukung tetapi juga yang melarang bila kita sudah mulai keluar dari koridor syariah islam. Termasuk adanya guru pembimbing atau seorang ustadz dan alim ulama bisa dijadikan acuan untuk mengontrol diri kita ini.

Wallahu'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun