Mohon tunggu...
Ivana Agustina
Ivana Agustina Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

human society

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan Desa

14 Maret 2020   17:31 Diperbarui: 14 Maret 2020   17:33 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

perempuan desa pada zaman dahulu sering diidentikkan dengan orang yang mempunyai sifat sederhana dan penurut dengan orang tua biasanya juga perempuan desa mempunyai kecenderungan pada kehidupan agamis dan religius, selain itu kehidupan di desa antar warga biasanya memiliki hubungan yang erat karena satu sama lain sering bergantung dalam berbagai hal dan kegiatan.

Misalnya dengan kumpulan PKK atau yang lainnya. Banyak juga yang sering mengidentifikasikan bahwa perempuan di desa itu polos, tetapi menurut saya pada era millennial sekarang ini banyak juga perempuan desa yang mempunyai perilaku buruk karena keseringan kumpul dengan orang yang bawaan perilakunya buruk, jadi dia mengikuti perlakuan buruk itu ( jika sering dengar omongan kotor / orangtunya bicara kasar).

Perempuan desa juga sering dianggap tertinggal pada segi kehidupannya karena jika disandingkan dengan perempuan kota, perempuan desa lebih rendah karena pergaulan yang terbatas. Berbeda dengan perempuan kota yang mempunyai wawasan dan kecepatan berfikir lebih cepat di karnakan pergerakan mereka yang cepat dan mempunyai pemikiran yang terbuka dengan hal-hal baru. 

Hal ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya pendidikan orang tua pada zaman dahulu yang masih mempunyai pemikiran cupet akan memikirkan jika anak mereka ujungnya akan ngikut dengan suami, masak, mengurus rumah tangga dan anak. Dan jika mereka sudah dianggap matang untuk menikah maka akan diperbolehkan oleh orangtuanya untuk menikah. 

Jadi pada zaman dahulu kebanyakan dari mereka yang mempunyai orang tua dengan tingkat ekonomi menengah kebawah maka akan langsung dikawinkan. Orang di desa yang dahulu cenderung lebih mementingkan mencukupi kebutuhannya daripada mengeluarkan uang untuk mengenyam pendidikan karena itu banyak dari perempuan di desa yang lebih memilih kalau sudah selesai masa SMA langsung memikirkan menikah karena kebanyakan dari mereka berfikiran mengenyam pendidikan kuliah hanya membuang uang  sedangkan berbeda halnya dengan pemikiran orang tua di desa zaman sekarang.

Mereka cenderung tidak memikirkan perekonomiannya hanya untuk hal pribadinya tetapi mereka memberikan sebagian ekonominya untuk menguliahkan anak-anaknya orang tua perempuan tersebut berpikiran bahwa pendidikan pantas dienyam siapapun, sekalipun seorang perempuan karena orang tua menginginkan anaknya mempunyai kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan dia. 

Orang tua pada zaman sekarang cenderung membebaskan pilihan dan hak sang anak, kalau mereka menginginkan kuliah maka orang tua akan membiayai kuliah tersebut jadi perempuan di desa tersebut bisa memilih sendiri keputusan hidup mereka tanpa ada tekanan dan juga paksaan.

Jadi seiring dengan berkembangnya zaman perempuan yang berasal dari desa sama halnya dengan perempuan yang berada di kota hal tersebut dikarenakan perkembangan tekhnologi yang sudah merambah ke pelosok pedesaan yang menjadikan semua informasi dapat diakses walaupun itu di desa. 

Pemikiran perempuan di desa juga sudah maju kebanyakan dari mereka akan memilih untuk melanjutkan mengenyam pendidikan karena ingin memperpanjang masa mudanya selain itu dengan mengenyam pendidikan yang tinggi diharapkan dapat peluang pekerjaan yang lebih baik, Karena di era sekarang ini pendidikan sangat penting banyak perusahaan yang membutuhkan lulusan terbaik bagi perusahaannya. Selain itu bisa juga untuk  merubah status sosial mereka, karena perempuan yang berpendidikan bisa mengajarkan kepada anaknya tentang didikan yang baik ( kepintaran anak berasal dari didikan orangtua dan lingkungannya).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun