Mohon tunggu...
Ivana Agustina
Ivana Agustina Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

human society

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akibat Terkikisnya Kebudayaan Jawa oleh Globalisasi

28 Juni 2022   00:00 Diperbarui: 28 Juni 2022   00:16 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada arus perkembangan sekarang ini pembelajaran etika dalam jawa keberadaanya semakin terkikis, hal tersebut terjadi karena faktor perubahan zaman yang semakin modern, banyak aspek kebudayaan jawa yang semakin menghilang di kehidupan kita sehari-hari. Contohnya saja unggah-ungguh dalam berbahasa. 

Unggah-ungguh basa dapat dikatan juga sebagai sebuah peraturan berkomunikasi agar komunikasi bejalan lancar tanpa menimbulkan perasaan tidak senang akibat salah paham dalam hal perilaku berkomunikasi maupun salah paham terhadap isi yang dikomunikasikan. , masyarakat Jawa di dalam berkomunikasi selalu mempertimbangkan dengan baik pemilihan jenis tingkat tutur mana yang tepat untuk digunakan.

Ketepatan pemilihan tingkat tutur akan memperlancar proses berkomunikasi, sebaliknya jika terjadi kesalahan pemilihan tingkat tutur akan terganggulah proses berkomunikasinya, bahkan lebih jauh lagi dapat menimbulkan hal-hal yang kurang menyenangkan diantara keduanya. 

Tingkat tutur bahasa Jawa di era ini dipandang memperumit proses berkomunikasi, dan pandangan ini sudah menjadi polemik umum. Hal ini membawa dampak banyak orang yang takut berbahasa Jawa karena merasa kurang menguasai tingkat tutur. Pandangan ini tidak hanya terjadi di kalangan orang dewasa tetapi juga merambah pada anak usia sekolah, sehingga anak usia sekolah merasa berat untuk belajar bahasa Jawa.

Kebiasaan masyarakat jawa yang mulai terkikis di zaman modern sekarang ini adalah gotong-royong. Pada zaman dahulu Gotong-royong telah menjadi perekat masyarakat. Masyarakat merasa tidak enak jika tidak menjalankan gotongroyong. 

Gotong-royong masih sering diwujudkan dalam bentuk kerja bakti dan Gugur Gunung yaitu upacara tradisional yang bertujuan untuk menjaga keselamatan desa dan semacamnya. Mereka saling tolong menolong dengan ikhlas tanpa imbalan uangpun tapi pada zaman sekarang ini banyak orang jawa yang masih memiliki hubungan darah meminta upah berupa imbalan jika membantu.

Selain itu interaksi masyarakat jawa yang satu dengan yang lainnya juga sudah mulai merengganng karena adanya gawai, dahulu ketika orang bertemu pasti saling menyapa dan senyum tapi pada era sekarang ini banyak generasi millenial yang lebih mengacuhkan kebudayaan jawa tersebut dia memilih memegang dan menunduk memegang gawainya, 

sehingga interaksi senyum salam dan sapa ini sudah jarang ditemukan, bahkan pada zaman dahulu anak berusia muda ketika melewati orang yang lebih dewasa dia akan membungkukkan badannya sedikit untuk mengormati orang tersebut, hal itu juga berkebalikan dengan zaman sekarang banyak dari kita yang lebih mengangkat kepala ketika berhadapan dengan orang yang lebih dewasa dari kita.

dan masih banyak hal lainnya yang mengikiskan kebudayaan masyarakat jawa hal tersebut karena terjadi proses globalisasi yang mau tidakmau akan menyebabkan proses modernisasi disegala bidang kehidupan.

Oleh karena itu Franz Magnis Suseno mengemukakan ada empat alasan mengapa pada zaman seperti ini masyarakat memerlukan etika sebagai filter dalam menghadapi budaya-budaya yang masuk, yakni:

  • Pertama, dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moralitas, di mana kesatuan normatif tidak ada lagi, etika berfungsi sebagai pedoman agar seseorang tidak kehilangan pedoman.
  • Kedua, dalam masa transformasi masyarakat tanpa tanding, etika membantu kita agar jangan kehilangan orientasi.
  • Ketiga, dalam proses perubahan sosial budaya dan moral yang cepat, etika membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi-ideologi baru dengan kritis dan obyektif, serta membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak terlalu mudah terpancing.
  • keempat, bagi seorang agamawan, etika di satu pihak memberi dasar kemantapan dalam iman dan kepercayaan dan di lain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan tidak menutup diri dalam semua kehidupan masyarakat yang sedang berubah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun