Mohon tunggu...
Vah Ihwah
Vah Ihwah Mohon Tunggu... -

To_ Vah Ihwah Arc En CieL QB aL aMin yang slalu menanti sebuah keajaiban N slalu mencoba tuk tetap sabar N sadar..\r\n\r\nBy. Nagh NOBERIC Berintan - PeLangi di MaLAm Hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

PERGI UNTUK KEMBALI

17 November 2012   10:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:11 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini adalah malamkelam yang dilengkapi dengan udara dingin yang menusuk tulang setiap insan yang berada di bawah langit Benda. Dengan malas, ku langkahkan kakiku sembari ku paksakan agar dapat mencapai titik terang yang berada di masjid An Nur. Seperti biasanya, semua santri mengikuti pengajian sentral seusai sholat Isya. Tiba-tiba ada sesuatu hal yang mengganjal di hatiku. Aku pun tak tahu apa yang sebenarnya sedang ku rasakan pada malam ini. Pengajian Sulamul Thaufiqyang biasa di sampaikan oleh Abah K.H. Masruri Abdul Mughni, untuk sementara ini di gantikan oleh putra beliau.

Sudah hampir 30 hari Abah Kyai meninggalkan bumi Al Hikmah demi menunaikan ibadah haji di tanah suci Makkah.

###

Hari ini adalah hari Jum’at. Bagiku hari Jum’at bukanlah hari yang tepat untuk bersantai atau terbebas dari aktifitas, melainkan hari Jum’at adalah hari yang melelahkan karena beberapa organisasi yang aku ikuti di sekolahku semuanya dijalani pada hari Jum’at.

“Assalamu’alaikum Wr. Wb. Maaf kalau kedatangan saya mengganggu kalian, karena ini semua demi Abah. Abah sedang sakit disana dan beliau sekarang sedang berada di ruang ICU. Jadi mohon kepada kalian agar segera mendatangi masjid An-Nur guna sholat Dluha dan membaca sholawat untuk kesembuhan Abah.” Tiba-tiba seorang crew child di sekolahku memberikan instruksi kepada seluruh santri yang berada di sekolah. Semua kegiatan-kegiatan organisasi segera di bubarkan dan di wajibkan untuk mendatangi masjid An Nur.

Sholawat Thibbil Qulub berkumandang di segala penjuru Pon.Pes Al Hikmah 2 sejak pagi hingga malam hari. Jatuh di hari ketiga setelah adanya kabar bahwa Abah Kyai di rawat, selepas sholat Subuh semua santri yang udzur mau pun tidak udzur tanpa terkecuali di kumpulkan di masjid kebanggan kitauntuk membaca QS. Yasin karena itu adalah instruksi dari salah satu putra Abah Kyai, yakni Abah Sholah.

Ku lihat orang-orang yang berada di sekitarku. Semuanya nangis. Aku bingung. ‘Apa yang sebenarnya terjadi?’ gumamkudalam hati.

Tanpa ku sadari, aku merasa ada sesuatu yang membasahi pipiku. Aku tak tahu apa yang ku rasakn. Sebuah gejolak dalam hati dan hasrat ingin menumpahkan mutiara-mutiara bening yang membebani kantung mataku.

“Lihat! Kenapa mereka mengeluarkan sofa-sofa itu dari dalam rumah Abah..?” Tanya seorang yang berada tepat disampingku. Suaranya memecahkan perasaan gundah yang sedang melanda diriku.

“Ngga tau.” Jawabku singkat, padat dan jelas.

Batin ku kembali berperang. Perasaanku semakin tak karuan mendengar isak tangis disana-sini. Aku tak tahu apa yang sedang mereka rasakan sebenarnya.

###

Seorang lelaki berjalan dengan terburu-buru menuju pengimaman masjid. Sepertinya ia akan mengatakan sesuatu. Entah itu apa. Tiba-tiba masjid menjadi hening setelah mendengar gesekan microphone.

“Assalamu’alaikum Wr. Wb”

“Wa’alaikum salam Wr. Wb” semua santri menjawab dengan serempak.

“Semua santri di harapkan untuk tenang. Kalian sudah melakukan usaha yang terbaik, kalian sudah ikhtiar semaksimal mungkin. Kalian adalah penuntut ilmu yang baik. Semoga ilmu yang kalian dapat selama ini akan bermanfaat. Amin.” Abah Sholah memulai pembicaraan.

“Iya. Seperti yang sudah Abah Sholah katakan tadi, kita sudah berikhtiar semaksimal mungkin, dan sekarang, marilah kita sempurnakan ikhtiar kita dengan melaksanakan sholat ghoib.” Sambung seorang lelaki yang sedari tadi keluar masuk rumah Abah Kyai.

“Huwwaaaa……!” teriakan semua santri memenuhi masjid An Nur. Suara tangisan melengkapi suasana Al Hikmah pagi itu. Hari Minggu yang kelabu. Semua santri yang mendengar instruksi tuk melakukan sholat ghoib spontan menjadi histeris. Kita tak percaya bahwa Abah Kyai telah wafat di tanah sucu. Harapan awal kita adalahmenyambut Abah K.H. Masruri beserta rombongan haji lainnya minggu depan. Tapi harapan kita ternyata kandas di tengah jalan.

Ternyata lambaian tangan dan senyuman abah Kyai pada malam saat kepergiannya menuju Makkah, itu adalah lambaian dan senyum terakhir yang beliau persembahkan untuk Al Hikmah.

“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un..”

“Kami adalah milik-Nya, dan hanya kepada-Nya lah kami kembali.”

Sebuah tanda Tanya besar di hatiku kini telah terjawab sudah. Sekarang aku tahu apa arti di balik tangisanku dan tangisan mereka semua. Sebuah rasa kehilangan. Seorang alim ulama yang kita cintai dan sangat kita hormati kini beliau telah menghadap yang Kuasa.

###

Abah Kyai pergi dari pondok ini dan menuju kota suci untuk kembali ke sisi-Nya. Beliau pun tak di makamkan di tempat kelahirannya, melainkan di kota Madinah bersama sahabat-sahabat Rasulullah SAW.

Walaupun beliau sudah wafat dan sudah tak ada lagi di dunia ini, tapi beliau akan selalu hidup dan akan selalu ada di hati kita. Selamat jalan, Abah. Selamat menempuh kehidupan barumu di surga. Tunggu kami disana, agar kami bisa mengabdi kepadamu di surga nanti. Amin....

By. Vah Ihwah, Cerpenis GEPA, 3 EDS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun