Mohon tunggu...
Vellyzh_4
Vellyzh_4 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - saya Nimas zaskya, lahir di Bogor pada 9 April 2010. Saya sedang menempuh pendidikan di SMK PELITA CIAMPEA dan mengambil jurusan akuntansi Saya memiliki keterampilan menulis cerpen dan puisi. Saya juga memiliki minat pada yang besar dalam membaca

saya memiliki minat yang besar dalam membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Hujan di Bulan Januari"

8 Januari 2025   22:14 Diperbarui: 8 Januari 2025   22:14 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Viona mengenal Rain sejak kecil. Mereka tumbuh di lingkungan yang sama, sering bermain bersama di bawah langit senja. Ketika mereka remaja, hubungan itu berkembang menjadi sesuatu yang lebih. Tiga tahun menjalin cinta, Rain selalu hadir sebagai sosok yang tenang, penyayang, dan perhatian.  

Rain adalah tempat Viona bersandar, terutama ketika keluarganya berantakan. Di setiap badai emosi yang menghantam, Rain adalah peneduhnya. Jika Viona sedang marah atau sedih, Rain selalu ada. Bahkan ketika Viona melampiaskan amarah padanya, Rain tak pernah membalas. Ia hanya mendengarkan, lalu berkata dengan lembut, "Aku di sini, Vi."  

Rain memperlakukan Viona seperti salah satu lagu Nadin Amizah: "Semua aku dirayakan" membuat Viona merasa dicintai setiap detiknya. Tanggal 1 Januari menjadi hari yang istimewa---hari mereka resmi menjadi pasangan. Namun, semua berubah dua minggu setelah perayaan terakhir mereka.  

Malam itu, Rain menelepon. Viona mengangkat dengan hati yang ringan, tapi nada suaranya segera berubah ketika Rain berkata, "Vi, kita putus, ya. Jujur, aku udah pacaran sama Nadia selama delapan bulan. Udahan, ya? Kasian sama dia juga."  

Kalimat itu seperti petir di siang bolong. Viona terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. Air matanya mengalir, tapi suaranya tak keluar. Setelah panggilan itu berakhir, Viona hanya bisa menatap kosong ke langit-langit kamar.  

Meski begitu, anehnya mereka tetap saling berbicara. Rain tetap mendengarkan cerita Viona, tetap menanyakan kabarnya sesekali. Tapi, perlahan, jarak di antara mereka semakin melebar. Rain sibuk dengan Nadia, dan Viona mencoba melupakan dengan menerima kehadiran Vian, seorang pria baru yang mendekatinya.  

Namun, hubungan dengan Vian jauh dari kata baik. Vian kasar, obsesif, dan sering membuat Viona merasa terjebak. Dia bukan Rain, dan itu membuat Viona sadar akan banyak hal.  

Di malam-malam yang sepi, Viona merenungkan semuanya. Perasaannya kepada Rain dulu bukanlah cinta sejati. Rain adalah pelarian, tempat ia melampiaskan amarah dan sedihnya. Dan Rain? Mungkin dia juga tidak pernah benar-benar mencintainya. Dia hanya merasa kasihan dan ingin menjadi pahlawan dalam hidup Viona.  

Pada akhirnya, Viona menyadari bahwa hidupnya tak bisa terus terjebak di masa lalu. Rain telah menjadi hujan di bulan Januari---indah, tapi hanya sementara. Kini, waktunya bagi Viona untuk mencari langit cerahnya sendiri, tanpa bayang-bayang masa lalu yang selalu membayangi.  

Hujan itu memang indah, tapi Viona tahu, dia tak bisa tinggal di bawahnya selamanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun