"Usia ini masih termasuk usia produktif, dimana menurut banyak penelitian, pola dan gaya hidup di tahap ini akan cenderung bertahan dan menjadi kebiasaan hidup hingga usia tua," jelas Dr. Ray yang sering memberikan edukasi kesehatan melalui akun Instagram @ray.w.basrowi.
Faktor penentu kesuksesan healthy aging
Berdasarkan artikel ilmiah yang ditulis Dr. Ray bersama beberapa ahli lain di bidang nutrisi, dijelaskan bahwa zat gizi yang penting untuk diperhatikan kecukupannya di usia dewasa muda adalah asupan protein. Di Indonesia, asupan protein masih tergolong rendah, yaitu masih berkisar 12% dari total kebutuhan intake energi harian, idealnya harus mencapai 15% daily intake.
Penelitian telah mengidentifikasi langkah-langkah tindakan yang dapat kita ambil untuk menjaga kesehatan seiring bertambahnya usia. Dari memperbaiki pola asupan makanan dan tingkat aktivitas fisik hingga mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan mengelola faktor risiko penyakit, tindakan ini dapat memengaruhi berbagai bidang kesehatan.
"Perkembangan ilmu nutrisi sebenarnya sudah sangat maju sehingga banyak zat gizi yang dapat diberikan sejak masa dewasa muda sehingga membantu proses fisiologis agar tetap memiliki kualitas hidup yang baik dimasa tua nantinya," ungkap Dr. Ray.
Peran lingkungan demi menciptakan lansia berkualitas
Kenyataannya, seseorang yang saat ini masih berusia produktif dalam beberapa tahun kemudian banyak yang akan berganti di usia lanjut atau pensiun. Kondisi lansia nantinya akan ditentukan bagaimana keputusan yang diambil di masa lalu.
Dalam artikel ilmiahnya, Dr. Ray yang memiliki gelar Doktor Bidang Kedokteran dari FKUI ini menjelaskan bahwa tim penulis menggunakan pendekatan analisis social cognitive theory (SCT) untuk mengidentifikasi beragam faktor penentu perilaku diet dan pola hidup populasi dewasa di Indonesia.
"Dari analisis SCT ini terlihat bahwa selain nutrisi, aspek personal knowledge merupakan komponen penting yang efektif menentukan keberhasilan pola hidup sehat kelompok usia dewasa muda dan lanjut usia untuk tetap produktif. Konsep ini penting untuk di intervensi dengan model edukasi berbasis komunitas," ujarnya.
Secara umum, permasalahan psikologis yang dominan terjadi pada lansia yakni kesepian, kesepian dapat juga diartikan perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan orang lain (Probosuseno dalam Sari, 2017). Lansia dengan dukungan sosial yang besar berkemungkinan memiliki tingkat kesepian yang lebih sedikit.
"Karena dampaknya sangat signifikan, program ini sangat baik diterapkan untuk membentuk populasi lansia yang bukan menjadi beban negara melainkan tetap menjadi asset bangsa di masa mendatang," tegas Dr. Ray.