Mantan presenter TV & model cantik, Maya Lynn, terbilang sukses di usia muda. Pemilik usaha bilik sterilisasi ini sedang melakukan persiapan untuk melanjutkan studi MBA dengan target kampus Harvard, Oxford dan INSEAD.Â
Dara usia 26 tahun ini baru saja menyelesaikan studi Magister Hukum di Universitas Pelita Harapan. Bersama partner usahanya, Yudi Hartoyo, ia menggeluti Sterilisasi Ozone De Chamber sejak bulan Mei tahun lalu.Â
Sebelumnya, Maya memiliki usaha kontraktor, minuman kesehatan sarang burung walet dan beberapa usaha keluarga. Sejak masa pandemi, usahanya diperluas dengan memproduksi alat-alat kesehatan. Awalnya membuat  selfcheck termometer, smart helmet, dan intelligent trolley, ia kemudian terpikirkan membangun bilik sterilisasi.
Berkat pengalaman selama lima tahun bergelut di dunia interior desain, terciptalah  Sterilisasi Ozone De Chamber dengan  konsep elegan namun tetap ramah lingkungan. Ia memiliki kadar atmosfer treatment (ozon) sebesar 0,2 mg/m3 dengan kapasitas 60 L air yang memiliki kandungan pH tinggi. Dari segi keamanan, kontrol otomatis dengan sensor laser tanpa sentuhan menjadi andalan.Â
Bilik sterilisasi ini hanya membutuhkan waktu 30 detik untuk membunuh virus. Penggunaan ozon untuk sterilisasi dapat mencegah penyebaran virus corona, telah direkomendasikan profesor Zhou Muzhi ketua Cloud River Urban Research Institute.
"Cuma perlu mengisi ulang dengan air mineral, aman untuk kulit dan paru-paru" jelas Maya saat menceritakan bahwa konsep ramah lingkungan ini tidak semata hanya promosi campaign.
Alat ini juga bisa disewakan secara harian. Client Maya biasanya berasal dari para pekerja event organizer hingga pejabat publik. "Sementara ini bisnis saya memang di bidang Covid-tech, tapi saya sedang mengembangkan startup business environment yaitu energi terbarukan." tambah Maya.
Perempuan yang memiliki hobi naik gunung, yoga serta otomotif ini mengaku punya perhatian lebih tentang energi terbarukan serta emisi karbon.Â
"Jika dikelola dengan optimal, Indonesia suatu hari bisa menjadi yang nomor satu dalam hal pengelolaan sumber energi terbarukan." imbuhnya.
Selain fokus pada bisnis, pendidikan tidak kalah penting diperhatikan perempuan kelahiran 23 Juni 1994 ini.
"Sumber energi di Indonesia memang unlimited: matahari, angin, carbon emissions, geothermal tapi belum bisa maju karena infrastructure belum ada. Maka intensi saya belajar di MBA adalah untuk belajar high technology dan financing untuk membangun Indonesia."Â