Mohon tunggu...
Intan Aulia
Intan Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

nak kimia is here!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pantaskah Indonesia Disebut "Negara Maju" dengan IQ di Bawah Rata-Rata?

10 Juni 2024   20:29 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:41 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara berkembang dapat diartikan sebagai negara yang memiliki kegiatan ekonomi dan industri rendah. Tak hanya itu, mayoritas penduduknya juga memiliki penghasilan rendah. Sementara itu, Bank Dunia (World Bank) membuat empat kelompok negara yang disesuaikan dengan pendapatan per kapitanya. Pertama, negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$975 per tahun masuk sebagai negara berpendapatan rendah. Kedua, negara yang memiliki pendapatan per kapita antara US$976 per tahun dan US$3.855 per tahun masuk sebagai negara pendapatan menengah bawah. Ketiga, negara yang masuk sebagai negara pendapatan menengah atas memiliki pendapatan per kapita US$3.856 per tahun dan US$11.905 per tahun. Keempat, negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$11.906 per tahun atau lebih masuk sebagai negara pendapatan tinggi. Bank Dunia menyebut negara yang masuk dalam daftar pendapatan rendah dan menengah disebut sebagai negara berkembang. Sementara, negara dengan pendapatan tinggi masuk sebagai negara maju. Ini artinya, negara yang memiliki pendapatan minimal US$11.906 per tahun atau lebih bisa disebut sebagai negara maju. Selain itu, negara maju biasanya memiliki standar hidup yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi di negara maju juga lebih merata dibandingkan dengan negara berkembang.

Saat ini, Indonesia termasuk dalam kategori negara berpendapatan menengah- atas atau upper-middle income country dengan pendapatan per kapita US$4.580 (2022). Tetapi untuk mencapai pendapatan per kapita sebagai negara maju, Indonesia harus menjaga pertumbuhan ekonominya pada kisaran 6% hingga tahun 2045. Untuk mendukung hal tersebut, Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS) telah melakukan diagnosis pertumbuhan pada tahun 2018. Sayangnya, hasil temuan menunjukkan bahwa terdapat permasalahan produktivitas yang mengakibatkan transisi sektor tidak berjalan dengan baik. Menurut laporan tersebut, salah satu penentu utama pertumbuhan kemajuan Indonesia adalah sumber daya manusia (SDM).

Penggunaan istilah Sumber Daya Manusia juga menyiratkan suatu perhatian pada pengolahan sumber daya manusia, yang merupakan suatu investasi. Sumber Daya Manusia merupakan kunci utama pertumbuan kemajuan Indonesia sebab sumber daya inilah yang berdiri sebagai perencana, pengelola dan pelaksana bagi semua kebijakan yang mampu menjadi pendukung kemajuan Negara Indonesia. Dalam membicarakan mutu Sumber Daya Manusia satuan hitung yang paling mencerminkan hal tersebut adalah indeks pendidikan, dihitung berdasarkan dua komponen yaitu indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah, merupakan dimensi yang menggambarkan tingkat pengetahuan manusia. Semakin meningkat indeks pendidikan manusia maka semakin tinggi pengetahuannya, dan semakin meningkat pula mutu Sumber Daya Manusia tersebut. Hal tersebut juga sangat berpengaruh pada Intelligence Quotients (IQ) seseorang. Menurut World Trade Organization (WTO), Indonesia adalah negara maju. Artinya, Amerika Serikat telah mencoret Indonesia dari daftar negara berkembang di WTO dan mengkategorikannya sebagai negara maju. Alasan Amerika Serikat menyematkan Indonesia menjadi negara maju adalah dikarenakan Indonesia memiliki pangsa pasar 0.5 persen atau lebih dari total perdagangan di dunia, serta disebabkan Indonesia telah menjadi anggota G20. Dengan alasan tersebut terlihat bahwa Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan dunia, ataupu mampu dikatakan Indonesia telah mengalami kemajuan pada perekonomiannya. Namun pada realitanya pada mutu Sumber Daya Manusia sebagai indikator penentu kemajuan suatu negara, kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia termasuk dalam negara dengan IQ rata-rata yang cukup rendah, yakni 78,49. Nilai tersebut tergolong dalam IQ di bawah rata-rata (below average).

Tes kecerdasan saat ini sebagian besar didasarkan pada tes asli yang dirancang pada awal tahun 1900-an oleh Alfred Binet, seorang psikolog Perancis. Saat itu, Binet diminta pemerintah Perancis untuk mengidentifikasi siswa yang membutuhkan bantuan tambahan di sekolah. Sehingga dirancanglah tes yang dapat digunakan untuk mengetahui siswa mana yang paling membutuhkan bantuan akademis secara lebih. Berdasarkan penelitiannya, disimpulkan bahwa beberapa anak pada kelompok tertentu dapat menjawab pertanyaan secara cepat. Beberapa diantaranya juga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang biasanya hanya bisa dijawab oleh anak-anak yang usianya lebih tua. Hal ini menunjukkan bahwa anak- anak tersebut memiliki usia mental yang lebih tinggi dibandingkan usia kronologisnya. Mampu dilihat bahwa Binet mengukur kecerdasan seseorang berdasarkan kemampuannya di dalam kelompok-kelompok usia tertentu. Jjika satu anak memiliki kemampuan yang lebih menonjol dibandingkan dengan kelompok usianya, maka mampu dikatakan bahwa anak tersebut memiliki kecerdasan yang lebih tinggi. Tes ini lah yang mampu digunakan untuk menilai besarnya rata-rata IQ Sumber Daya Manusia di Indonesia.

Penduduk Indonesia yang berjumlah besar dapat menjadi modal pembangunan bila memiliki mutu yang memadai. Hal ini mengacu pada konsep bahwa manusia merupakan pelaku, pelaksana, dan penerima manfaat pembangunan. Artinya dengan mutu penduduk yang rendah, maka manusia akan lebih banyak berperan sebagai penerima manfaat dan kurang berperan sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan. Pembangunan di Indonesia juga sudah semestinya mengandalkan Sumber Daya Manusia (human capital). Dengan tersedianya Sumber Daya Manusia yang memadai secara kuantitas dan kualitas, maka tantangan sebagai negara berkembang dapat diatasi dengan lebih mudah mengingat Indonesia juga memiliki misi besar pada Indonesia Emas 2045. Lalu, bagaimana langkah-langkah yang harus diambil Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menggapai "jabatan" sebagai negara maju yang sebenarnya? 

Sebagai negara yang mendapat julukan "negara maju", banyak faktor yang harus diperhatikan. Mulai dari faktor ekonomi, sumber daya manusia, pendidikan, pekerjaan, teknologi, serta pertumbuhan penduduk. Selain itu, banyak pula faktor minor yang menjadi penyebab major rendahnya IQ di Indonesia. Tetapi menurut penulis pribadi, IQ tidak bisa menjadi satu-satunya faktor untuk mengecap Indonesia sebagai negara yang tidak pantas mendapat gelar negara maju. Lagi pula, nilai besaran IQ Indonesia yang didapatkan oleh data saat ini merupakan rata-rata dari seluruh penduduk Indonesia. Tentunya tidak sedikit yang memiliki IQ above average atau bahkan genius di dalam rata-rata tersebut. Salah satu contoh yang telah diketahui pada umumnya, yakni warga Indonesia dengan IQ tinggi adalah B. J. Habibie, skor beliau mencapai 200. B. J. Habibie menjadi contoh sekaligus bukti bahwa warga Indonesia tidak semata-mata seluruhnya memiliki IQ dengan rata-rata yang rendah. 

Penting untuk diingat bahwa IQ tidak selalu mencerminkan potensi seseorang, seluruh kemampuan, ataupun peluang untuk sukses. Tes IQ juga bukanlah sesuatu yang benar-benar dapat dipelajari untuk meningkatkan skornya. Bahkan sebaliknya, tes ini lebih tertarik untuk melihat kemampuan berlogika untuk memecahkan masalah, pola, dan membuat hubungan cepat antara berbagai titik informasi. Hal tersebut juga berlaku pada suatu negara. Faktor-faktor lain termasuk kecerdasan emosional, juga penting untuk dipertimbangkan. Ditambah dengan syarat untuk mampu menjadi negara maju tidak dilihat hanya pada bagaimana kecerdasan manusia di dalamnya, namun juga dilihat dari bagaimana kemajuan indeks perdagangan internasionalnya, bagaimana kemajuan pendapatan perkapita oleh negara tersebut, dan banyak hal lainnya yang dipertimbangkan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Indonesia pantas saja mendapat predikat "negara maju" apabila memang sudah memenuhi banyak kriteria dari berbagai sisi, tidak hanya pada sisi mutu Sumber Daya Manusianya saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun