Kemudian, setelah Myanmar atau Burma merdeka dari Inggris pada 1948, Pemerintah Burma sempat menjanjikan Arakan akan menjadi kawasan yang diberikan otonomi khusus. Akan tetapi setelah pemerintahan Burma semakin kuat dan menjadi sebuah negara akbar, janji otonomi itu tidak pernah diberikan. Dan bahkan hak asasi manusia Muslim Rohingya dilanggar. Kondisi semakin buruk ketika Junta Militer berkuasa.Â
Upaya upaya pembersihan terhadap umat Muslim atau kaum Rohingya diterapkan di pemerintahan ini. Mereka mengganti populasi umat Muslim di kawasan itu dengan populasi umat Buddha. 60 Tahun Pembantaian Muslim Myanmar (Burma) Burma atau Myanmar selalu indentik dengan Aung San Suu Kyi. Aung san syu ki adalah anak dari aungsang yang pelopor kemerdekaan Burma. Akan tetapi aungsan syu ki berbeda dia adalah orang yang tidak pernah kenal bagaimana perjuangan dan kondisi Muslim Burma selama ini yang terjadi.
Masyarakat Islam di myanmaar pada saat itu sangat penuh perjuaangan yang mana banyak masyarakat pribumi Myanmar yang menolak agama islam masuk pada saat kedatagan inggris. Dan pembantaian pembatain yang dilakukan pihak pribumi Burma sendri yang menganut agama hindu dan budha kepadda umat muslim.Â
Akan tetapi pada saat ini masyarakat Myanmar sudah menerima agama islam disana. Ada sekittar 4 persen agama islam yang ada di Myanmar dan mayoritas  Etnis minoritas yang masih mempraktikkan agama Kristen (6,2%, terutama orang Chin ,Kachin dan Karen),Islam (4,3%, terutama Rohingya, Melayu, orang dari Yangon dan minoritas lainnya), dan Hindu (0,5%, terutama oleh orang Indian Burma).Â
Masyarakat Myanmar sekaarang paham betul bagaimana asanya agama yang di injak injak dan diremehkan karena iittu sebgaian masyyarakat Myanmar sudah bisa menerima walaupn ppemeluk agama islam di manmar yang lumayan sedikit. Keperintahan Myanmar yang di pimpin oleh system militer yang diawalli perebutan kemerdekaan dari inggris menjadikan Myanmar membela negara kerajaan Burma daripada arakan yang mengakibtakan imbasnya untuk sekarang ini islam yang sedikit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H