Mohon tunggu...
itsnaini_rmh
itsnaini_rmh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

If You Keep your Tawakkul Strong, You Will See Him Manifesting The Impossible For You.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Operan Kondisioning dalam Dunia Pendidikan

28 September 2023   22:57 Diperbarui: 28 September 2023   22:58 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah belajar mengenai teori Ivan Pavlov di tulisan sebelumnya, pada tulisan ini kita akan mempelajari teori operan kondisioning sebagai bentuk lanjutan dari teori pengkondisian klasik. Teori ini merupakan pengembangan dari teori pavlov yang melibatkan unconditioned stimulus (US) dan unconditioned response (UR), serta pengkondisian netral stimulus (NS) diikuti dengan us untuk menciptakan respons terkondisikan. Adapun Teori Operan Kondisioning yang akan kita bahas merupakan suatu teori dalam psikologi yang dikembangkan oleh B.F. Skinner pada awal abad ke-20. Teori ini sering disebut dengan "teori perilaku" atau "teori pembelajaran instrumental". Teori Operan Kondisioning berfokus pada bagaimana perilaku individu dipengaruhi dari konsekuensi dari tindakan mereka sendiri. Untuk lebih jelasnya, yok lanjut baca!!!

Pendekatan Skinner terhadap studi mengenai manusia, ia menolak dengan tegas bahwa manusia bukanlah makhluk yang bebas berkehendak tanpa adanya sebab. Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku dibentuk melalui adanya stimulus yang kemudian diikuti dengan respon. Keduanya memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Penelitian Skiner dalam hal ini menekankan pada analisis yang seksama atas tingkah laku organisme tunggal (dalam eksperimennya menggunakan tikus sebagai objek), dengan keyakinan bahwa hukum yang menguasai organisme tunggal maka juga sama dengan hukum organisme lainnya. Dalam arti lain yaitu prinsip tingkah laku hewan terdapat hubungan yang nyata terhadap penerapannya pada manusia. 

Secara jelasnya dalam eksperimen Skinner, dia menempatkan seekor tikus di sebuah kotak atau yang dikenal dengan sebutan "Skinner box" (Arina Restian, 2020). Eksperimen yang dilakukan Skinner memliki kesamaan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike penemu trial and error learning. Bedanya, menurut Thorndike tingkah laku belajar selalu melibatkan satisfaction (kepuasan), sedangkan menurut Skinner tingkah laku belajar tersebut melibatkan reinforcement (penguatan). Skinner mengamati tingkah laku tikus yang tidak sengaja menekan pengungkit yang menyebabkan keluarnya makanan. Peristiwa ini kemudian dilakukannya berulang kali dikarenakan terdapat pengalaman belajar, tikus akan menekan berulang kali sebagai upaya ingin mendapatkan makanan inilah yang disebut dengan tingkah laku operan atau tingkah laku instrumental. Apabila di kemudian hari pengungkit tersebut tidak mengeluarkan makanan, dan hal ini terjadi secara terus menerus, maka tikus akan menghentikan tingkah laku menekan pengungkit sehingga terjadilah penghapusan respon (Hamzah B. Uno, 2010). 

Tema pokok yang dipelajari dalam teori ini yaitu menjelaskan bahwa tingkah laku terbentuk berasal dari konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dari perilaku itu sendiri. Jika tingkah laku tersebut diiringi dengan stimulus yang berperan sebagai penguat, maka tingkah laku akan semakin meningkat atau melekat dalam diri seseorang. Untuk dapat meningkatkan pemahaman, yok simak contoh teori ini dalam kehidupan sehari-hari. 

Contoh teori ini dalam kehidupan sehari-hari dapat digambarkan seorang anak kecil tengah menangis karena merasa ketakutan atau kesakitan. Melalui tangisannya tersebut menjadikan sang ibu memberikan perhatian terhadapnya, tidak hanya itu terkadang juga memberikan penguat berupa mainan, makanan, dan yang lainnya. Dikarenakan setiap tangisnya memperoleh penguatan, maka dilain waktu anak kecil tersebut akan menangis tidak lagi karena ketakutan atau bahkan kesakitan, dia menangis tidak lain hanyalah sebagai cara untuk memperoleh penguatan-penguatan kembali. Contoh dalam dunia pendidikan, ketika seorang siswa menyimak penjelasan yang diberikan oleh guru. Kemudian di akhir pelajaran guru memberikan pertanyaan mengenai apa yang telah disampaikan. Ketika seorang siswa mampu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, sang guru memberikannya sebuah reward berupa hadiah atau pujian. Dengan demikian dilain waktu siswa tersebut akan mengulangi antusiasnya menjawab pertanyaan dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah atau pujian. Ketika dilain waktu ketika siswa tersebut menjawab pertanyaan, namun tidak memperoleh apa yang dia inginkan (reward dari guru) dan hal tersebut terjadi secara berulang-ulang, maka respon antusias menjawab akan menghilang. 

Pengajaran menenai operan kondisioning menjamin adanya respon terhadap stimulus. Ketika murid tidak menunjukkan respon terhadap stimulus, dapat dikatakan guru belum bisa membimbing tingkah laku siswa menuju ke arah tujuan behavior. Maksud dari stimulus merupakan rangsangan yang diberikan oleh seorang guru untuk membentuk tingkah laku, dan respon adalah tanggapan atau suatu tindakan yang dilakukan siswa setelah adanya stimulus yang diberikan oleh guru (Jelita et al., 2023). Oleh karena itu guru berperan penting di dalam kelas untuk mengarahkan dan mengontrol kegiatan belajar kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. 

Teori operan kondisioning ini memiliki banyak manfaat dalam dunia pendidikan, dikarenakan keberadaannya memberikan pengaruh baik yaitu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. Akan disisi lain teori ini juga masih memiliki kekurangan. Kelemahan dari teori ini adalah proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan sangat sulit untuk diterima. Karenanya memiliki perbedaan baik dari karakter fisik maupun psikisnya. Selain itu proses belajar yang bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti mesin dan robot. Padahal setiap siswa memiliki cara atau kemampuan mengarahkan diri dan pengendalian diri yang bersifat kognitif, yang oleh karena itu ia dapat menolak stimulus jika ia tidak menghendaki, bisa karena sedang lelah atau tidak sesuai dengan kata hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun