Mohon tunggu...
Itsna Berliana Nabila
Itsna Berliana Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Saya Anna kadang juga Nana tapi kalau dirumah dipanggil Bella. Saya suka menulis apa saja yang lewat di kepala saya, dari yang aneh sampai yang aneh sekali. Saya juga suka melukis, fotografi, bernyanyi, kadang juga menari. Tidak suka apapun yang bertele-tele. Hal yang paling syukuri sampai sekarang hanyalah saya bisa hidup dan bernafas hingga sekarang, selebihnya biar terserah Allah saja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setelah Pukul Satu

13 Maret 2024   04:00 Diperbarui: 13 Maret 2024   04:05 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diri bergelimang sendu, meneduh diantara ruas-ruas harap yang tidak lagi utuh

Walaupun berkelok jalan kepadamu, Juni tidak menepis pertemuan netra kala itu

Jua panah yang tiba secara tiba-tiba tepat diatas mata, tidak meleset satu inci pun

Sekian detik kemudian menit terlewat tanpa sepatah suara, sunyi tidak ada percakapan hangat tengah malam lagi

Setelah pukul satu langit berkata sendu; beralasan tidak mau kelabu walaupun seharusnya tidak perlu begitu

Setelah pukul satu gundah mulai menyerbu, menyerang sampai titik hitam di pojok ruangan biru

Biarkan saja, biarkan sampai kembali menyerang hingga tiada apa tersisa

Menyerah dengan kelabu kemudian menari bersama gemuruh badai yang dulu kau coba tenangkan

Biarkan saja, biarkan terluka sampai noda merah tak mampu bersuara

Hatimu tidak butuh aku, dirimu hanya butuh kamu bukan sosok pria tanpa nama yang tak kunjung bertemu

Kalau saja tidak ada deru motor yang terdengar setiap kali kendaraan itu duduk terdiam sampai tengah malam

Ingin disudahi saja dipotong hidup hidup tanpa sempat menghirup, mati saja jangan bangun berkali-kali lagi

Sewindu kurang lebih, sudah nadir hadirmu

Setelah pukul satu, cukup sudah tidak perlu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun