Mohon tunggu...
Itsna Kamalia
Itsna Kamalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-hati, Dua Hal Menular Meskipun Terkadang Berdampak Baik

29 April 2018   23:06 Diperbarui: 29 April 2018   23:16 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah gak tiba-tiba merasa bad mood tanpa tau penyebabnya?

Bahkan sudah kita cari tentang mengapa bisa begitu

Coba kita ingat-ingat, pernah kita merasa pada suaatu pagi kita benar-benar merasa bahagia, semangat dalam beraktifitas, pekerjaan serasa meyenangkan, di jalananpun lancar sampai ke tempat aktifitas rutinan kita, betemu teman-teman, rekan kerja dengan sapaan-sapaan yang ramah yang menambah semangat.

Namun tiba-tiba datang salah seorang sahabat dengan menangis menceritakan kekalutan yang tengah dirasaakannya, dan kita hanya bisa mendengarkannya dan berusaha menenangkannya tanpa dapat memberikan solusi, lalu bukankah kita pasti akan ikut merasa tidak enak, kalut dan menjadi badmood? Bahkan sebelumnya kita baik-baik saja, lalu apa yang terjadi?

Empati, ya setiap orang pasti memiliki sikap empati, yaitu perasaan seseorang yang dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Menurut hurlock (1999:118), empati adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengerti perasaan dan emosi orang lain, dan juga kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut.

Sikap empati inilah yang menyebabkan kita tertular akan kesedihan yang dihadapi orang lain, dan ketertularan emosi ini juga ada kaitannya dengan kedekatan kita dengan orang lain tersebut, semakin dekat kita dengan orang itu, maka akan semakin kuat kita akan tertular perasaannya. Memang dengan sikap empati ini akan lebih membantu kesusahan yang dihadapi orang lain apalagi dengan membantu memberikan saran dalam menyelesaikan dan meringankan beban orang itu. 

Namun kita juga harus pandai mengatur emosi kita, karena tidak sedikit pula orang yang terus-terusan memikirkan dan terbawa perasaannya sendiri dengan kesedihan orang lain ini, bahkan akan berpengaruh terhadap kehidupannya sendiri, menjadi tidak fokus tehadap pekerjaannya, hal ini yang harus dihindari oleh orang-orang yang memiliki sikap empati tinggi, karena akan berpengaruh kurang baik untuk dirinya sendiri, meskipun sangat membantu orang lain.

Bukan hanya kesedihan saja yang dapat menularkan efek rasa sedih kepada orang lain, kebahagiaanpun dapat menularkan rasanya, sering kali kita rasakan ketika melihat orang lain bahagia entah itu diungkapkannya dengan tangis atau tawa, kita akan ikut merasa senang akan apa yang diperolahnya, perasaan ini juga akan berkaitan dengan kedekatan pula, semakin dekat kita dengan orang yang sedang berbahagia tersebut maka akan semakin besar efek bahagia yang akan kita rasakan.

Penularan tangis dan tawa ini tak hanya telah terjadi pada orang dewasa, bahkan bayi pun juga, sering kita temui saat seorang bayi mendengar bayi lain yang sedang menangis dia akan ikut menangis, dalam istilah jawa yaitu "banter-banteran". Begitupun sebaliknya jika melihat bayi lain tertawa ia akan iku tertawa, seakan tau apa yang dirasakan bayi lain yang dilihatnya itu. Itu menunjukkan bahwa sikap empati sudah dimiliki oleh manusia sejak awal kehidupannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun