Ketika pergi ke suatu daerah baru lebih disarankan membawa peta, karena peta ini membuat seseorang memiliki gambaran tentang kemana akan pergi, kemana tidak boleh pergi, dan sebuah konteks untuk segala sesuatu yang dialami selama perjalanan tersebut. Kita hampir tidak dapat menghargai sebuah filosofi atau agama (atau gagasan rumit mana pun, sesungguhnya) tanpa memahami barang sedikit tentang jalur perkembangannya yang sering kali tidak linear, jadi marilah kita mulai dengan mencermati sejarah filsafat yang akan digali dan mungkin akan diputuskan untuk diterapkan dalam hidup.
Bila filsafat tidak berguna bagi kehidupan manusia, berarti filsafat tidak berguna sama sekali. Namun bagaimana tepatnya fisika dan logika memiliki hubungan dengan sasaran menjalani hidup yang baik, yang merupakan tujuan sesungguhnya. Mencerahkan sekali jika dimulai dengan menyadari dari mana asal kata-kata "etika" dan "moralitas". Etika diturunkan dari kata Yunani yang artinya ethos, sebuah kata yang terkait dengan gagaan tentang karakter. Sedangkan, Moralitas berasal dri kata latin yang artinya moralis, yang berkaitan dengan kebiasaan dan adat istiadat. Sesungguhnyalah, Cicero menterjemahkan kata ethos dari bahasa Yunani menjadi moralis. Jadi gagasan dasarnya adalah karakter yang baik tidak dapat dikembangkan dengan tepat, dan kebiasaan baik tidak dapat dipraktikkan, tanpa pemahaman terhadap kedua wilayah pencarian yang lain.
Beberapa metafora mempertemukan kedua tujuan itu, salah satunya yang paling mudah dicerna adalah terkait kebun, dari Chrysippus yang mengatakan bahwa buah-buahan dari kebun menggambarkan etika. Supaya mendapatkan buah-bauahan yang bagus, kita harus merawat tumbuhannya dengan asupan yang baik: dengan demikian, tanah di kebun adalah fisika, menyediakan pemahaman terhadap dunia tempat kita hidup. Lebih dari itu, "kebun" kita perlu dipagari dari pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dan destruktif atau kebun itu akan diambil alih oleh hama dan tidak baik untuk ditanami pagar adalah logika, yang berfungsi menangkal pikiran-pikiran buruk.Â
Ada tiga bagian yang harus dilatih ketika seseorang ingin menjadi baik dan mulia. Yang pertama terkait dengan hasrat untuk mendapatkan dan hasrat untuk menghindari; ia harus dilatih agar tidak gagal dalam mendapatkan apa yang diinginkan atau tidak jatuh ke dalam keinginan yang harus dihindari. Yang kedua terkait dengan dorongan untuk bertindak atau tidak bertindak, dan dalam situasi yang tepat: bahwa kita harus bertindak sesuai aturan, dengan pertimbangan yang tepat, dan dengan hati-hati. Bagian ketiga adalah kita jangan sampai terkecoh, dan tidak boleh menilai asal-asalan, serta umumnya terkait dengan kesepakatan terhadap aturan.Â
Kebenaran dan kepastian pertama itu harus ditemukan dalam kepastian dan keyakinan yang bersifat personal dan subjektif. Kebenaran itu harus dialami sehingga ia tidak dapat diragukan lagi. Dengan kata lain, pengertian benar harus dapat menjamin dirinya sendiri. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa filsafat Descartes dilandasi oleh pencarian suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal oleh siapapun atau apapun dengan cara berpikir dan bernalar dengan rasio yang murni yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri.
