Sarkamon, Sarkadi, dan Sartono sedang asyik menyaksikan pertandingan antara Mancester Yunaited melawan Mancester Siti dalam laga GPL Cup disaat ramai-ramainya unjuk rasa untuk pembuktian integritas dan tanggung jawab Bose Morinyo dalam melatih klub yang bermarkas di All Trafford itu. Ketika babak pertama usai, iklan-iklan muncul. Semua iklan isinya begitu-begitu saja. Promosi dengan fantasi yang hampir bisa dikatakan nalar manusia sudah tidak sampai.
"Wahh.. Ini tidak baik. Harus dibuang pemikiran dan sikap seperti ini," Sarkamon memecah keheningan suasana disaat semuanya asyik menikmati iklan.
"Ada apa, Mon? Anda membuat kita kaget saja," kata Sartono menyikapi perkataan Sarkamon dengan mengelus-elus dada.
"Coba lihat! Bagaimana bisa warga Indonesia seperti ini? Seharusnya mereka tidak begini," jawab Sarkamon sambil memberikan handphonenya kepada Sartono.
Ternyata, yang diherankan oleh Sarkamon adalah sebuah peristiwa dimana salah klub di eropa mencoba memakai batik. Dan masyarakat Indonesia menanggapi peristiwa itudengan bangga. Sarkamon tidak menyetujui tindakan itu dan menolak dengan mentah-mentah.
"Mengapa anda tidak setuju dengan tanggapan masyarakat, Mon? Ini kan kabar yang baik. Kita harus bangga bahwa kreasi asli Indonesia meniadi go-international," tanya Sartono setelah melihat apa yang ditunjukkan oleh Sarkamon.
"Begini, Di.. Mengapa kita harus bangga ketika orang asing menggunakan produk asli bumi kita ini? Seharusnya, masyarakat menanggapinya dengan biasa saja. Orang asing lah yang harus bangga menggunakan produk asli Indonesia," jawab Sarkamon menjelaskan ke tidak setujuannya atas tanggapan masyarakat.
"Oh.. Jadi begitu, Mon. Tapi begini, bagaimana tidak bangga atas produk sendiri? Itu secara tidak langsung membuang kecintaan masyarakat tentang produk sendiri," Sartono bertanya lagi.
"Lho, kok jadi begitu pikirmu, No? Wah, itu tambah melenceng dari penjelasanku," kata Sarkamon. "Begini lho, No.. Kebanggaan yang dimaksud perkataan tadi itu bukan mengenai produksinya. Tapi kebanggaan ketika produk Indonesia sudah diakui oleh asing. Diakui bukan berarti diklaim," jelas Sarkamon.
Sartono diam. Dia memikirkan pendapat Sarkamon. Sarkadi hanya melihat mereka berdua berdialog. Dia tidak tahu apa-apa tentang permasalahannya. Soalnya, ketika dialog itu dimulai, dia pergi ke kamar untuk menelepon orang yang dia dekati. Selang beberapa waktu, pertandingan dimulai kembali.
Pertandingan antara dua klub raksasa inggris itu memang seru. Tapi tidak seseru pergolakan hati Sarkamon. Dia masih memikirkan bagaimana cara membumi hanguskan ketidakpedean masyarakat Indonesia. Banyak sekali problema-problema yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang pede.