Hitam, pekat, dan pahit. Tak ada yang dapat dinikmati. Secangkir kopi yang mulai dingin tercampakkan.
Banyak manusia yang masih belum mengerti, untuk apa kopi diciptakan? Dan banyak manusia yang belum bisa mengerti, kenapa ada kata gagal dalam dunia ini?
Ketika sudah mendapatkan suatu kegagalan, banyak sekali manusia yang hanya mengeluh akan keadaan. Mengkambing hitamkan sesuatu? Ya, itu pasti.
Untuk apa kegagalan ada? Untuk dinikmati, disyukuri, dan diambil hikmahnya. Dalam kegagalan, manusia seharusnya dapat menikmatinya.
Sedikit manusia yang bisa menikmati pahitnya sebuah kegagalan. Mereka itulah yang dinamakan orang-orang tangguh.
Jika disuruh memilih antara kopi dan susu, banyak dari manusia lebih memilih susu. Kopi adalah simbol kegagalan. Esensi kopi adalah pahit. Sedangkan susu, dia adalah simbol kesuksesan. Manis esensinya.
Seorang manusia harus gagal. Dengan bagaimana mereka menyikapi kegagalan itu, dari sanalah kedewasaan manusia diuji.
Manisnya hidup itu perlu. Akan tetapi, jika sesorang manusia selalu menikmati hal yang manis, maka dampak yang akan mereka dapatkan sangat mengerikan.
Misalnya pengidap diabetes. Mereka terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang berkomposisi gula. Memang, gula adalah sesuatu yang nikmat. Siapa yang tidak suka gula di dunia ini? Mungkin hanya kaum minoritas saja.
Jika manusia selalu menginginkan kemanisan hidup saja, mungkin mereka akan mengidap penyakan yang mematikan juga. Yaitu tak ingin berusaha, dan tak mau berkembang.
Mereka yang tidak mau mengalami pahitnya kehidupan adalah yang tidak mampu menghadapi kejahatan realita. Mereka seakan-akan melihat pahitnya hidup adalah sebuah malapetaka yang besar. Mereka tidak tahu. Bahwa dari pahitnya sebuah kehidupan adalah kenikmatan yang telah ALLAH berikan kepada hambanya. Dalam kepahitan itu, ada hikmah yang terkandung didalamnya.