Kalau bercerita teman, sudah ada ribuan maupun jutaan orang yang sudah bercerita. Kalau menulis tentang pertemanan, ribuan karya sudah ada tentang itu. Namun, cerita ini akan mengulas sedikit tentang teman. Sedikit. Ya, sedikit.
Teman dalam kehidupan manusia adalah sangat wajib hukumnya untuk mendapatkannya. Teman adalah kebutuhan primer manusia. Tanpa teman, keberlangsungan hidup seorang manusia tidak akan berlangsung dengan sempurna.
Teman adalah salah satu syarat sahnya hidup manusia untuk mencapai sebuah maqam. Maqam yang dinamakan makhluk sosial. Dalam artian, manusia takkan pernah dapat hidup jika tidak ada selainnya. Sebut saja Adam alaihissalaam. Beliau adalah manusia utuh pertama yang diciptakan oleh Tuhan. Di awal kehidupannya, beliau hidup di dalam surga.Â
Di dalamnya, semua fasilitas kenikmatan yang tiada tara itu ada. Namun, ada yang kurang dari kehidupan penuh kemewahan itu. Apa itu? Teman. Bukan lain adalah teman. Beliau merasa kesepian di dalam surga. Maka dari itu, Tuhan kasihan kepadanya dan menciptakan seorang teman untuknya. Akhirnya, kehidupan Adampun lebih berwarna. Dalam kisah Adam, teman dapat memberikan kita sebuah manfaat dan tidak menutup kemungkinan untuk dapat memberikan suatu mudharat. Semua imbang.
Tak ada sesuatupun yang diciptakan Tuhan dengan sifat keseluruhan. Dalam arti, tak ada sesuatu yang selalu memberimu manfaat, dan tak ada sesuatu yang selalu memberimu kemudharatan.
Ada banyak jenis teman dalam kehidupan manusia. Ada yang berjenis seperti madu, dia selalu memberimu manfaat dalam hidupmu. Meskipun seperti madu, dia juga hanya seorang manusia. Ada juga yang jenisnya seperti obat, dia memberi keburukan dalam dzahirnya, namun senantiasa ditujukan untuk kebaikan dalam diri.Â
Ada juga yang berjenis seperti makanan, dia memberimu manfaat dalam dzahir dan bathin, namun juga memberi mudharat dzahir maupun bathin. Ada juga yang berjenis seperti bangkai. Dia selalu memberimu mudharat dzahir, namun tidak selalu memberi kepada bathin. Ada juga teman yang berjenis seperti badai. Dia akan manghilangkan keberadaanmu. Dalam arti, dia berteman denganmu hanya untuk membuatmu tak pernah ada dalam kehidupan.
Teman adalah oksigen bagi setiap manusia. Manusia tak mampu bernafas atau hidup jikat tanpanya. Namun, oksigen juga dapat memberi bahaya. Jika tanpa oksigen, sel-sel tubuh manusia takkan pernah menua atau keriput.
Dijelaskan oleh Kanjeng Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam hadistnya tentang pertemanan, yaitu sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia (lainnya). Dalam hadistnya, dalam menjadi teman seorang manusia harus berusaha memberi manfaat kepada sesamanya, dan jangan suka untuk menyakiti perasaannya.
Bukanlah seorang teman jika dia menyakiti perasaan sesamanya untuk keperluan dirinya. Temancuklah sebutan yang pantas untuknya. Dalam bersikap sebagai teman, kita harus dapat menjadi sebuah lilin. Lilin? Buat apa lilin? Entahlah, ada-ada saja.
Banyak dalam diri manusia ingin menjadi sebuah lampu bagi sesamanya. Dia selalu menerangi dalam gemerlap kebahagiaan temannya. Namun, lilin tidak bermain disitu. Dia memiliki makna simbolik dengan keistimewaannya. Semisal pada cara ulang tahun sebocah manusia. Tak pernah kita temui adanya bocah yang menaruh lampu pada kue ulang tahunnya. Apa yang ditaruh? Lilin. Ya, lilinlah jawabannya. Dan juga ketika manusia sedang mencari pesugihan dengan cara ngepet, apa yang dijaga? Lampu, kah? Atau senter, kah? Bukan! Lilinlah tepatnya. Dalam dua contoh barusan, apa yang dapat kita tangkap? Sebegitu penting keberadaan lilin dalam diri mereka. Sampai-sampai, hanya sebuah lilin, ia dapat menentukan keadaan nasib seseorang.