Mohon tunggu...
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Itsbatun Najih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Adalah Kamu Yang Lain

Mencoba menawarkan dan membagikan suatu hal yang dirasa 'penting'. Kalau 'tidak penting', biarkan keduanya menyampaikan kepentingannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teladan Berhaji Cukup Sekali

2 Agustus 2022   09:49 Diperbarui: 2 Agustus 2022   09:52 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Relevansi tema

Tema-tema yang dikisahkan AA cukup beragam. Selain kisah Nabi dalam sejumlah hal, juga menceritakan para wali, pemimpin negara, ulama, serta orang-orang biasa. Kesemua cerita tersebut merupakan hasil pembacaan panjang seorang AA pada literatur klasik pesantren dan amatan di lingkungannya. Tak ada petuah yang dirasakan pembaca lantaran AA mengisahkan dengan narasi egaliter; menihilkan sudut pandang tokoh aku sebagai simbol kebersahajaan AA yang tidak menganggap dirinya tenar.

Karena buku ini pernah masyhur pada zamannya, apakah kehadirannya dengan terbitan ulang ini bisa menyajikan kebaruan pemaknaan? Sangat bisa! Pembaca boleh kiranya mafhum atas berjuta kisah perjalanan manusia. Kisah-kisah orang lampau yang familiar dan kemudian selalu ditancapkan sebagai pembelajaran generasi selanjutnya. Namun, sejauh mana kisah lampau tersebut bisa selalu relevan dan kontekstual terhadap masa sekarang alias tak lekang waktu?

Pembaca mungkin merasa perbincangan topik haji vis a vis kondisi sosial umat seperti di atas, sudah tidak lagi relevan. Mengingat antrean untuk naik haji saat ini saja mencapai belasan hingga puluhan tahun. Karena itu, agaknya janggal bila masih membincangkan untuk bisa sampai berhaji berkali-kali. Walhasil, diperlukan pembacaan ulang sekaligus menghasilkan tafsiran anyar. Yakni, misal menganalogikannya dengan umrah. Ibadah umrah nyaris sama dengan ritus haji sehingga disebut haji kecil. Persamaannya, menunaikan umrah butuh biaya besar pula.

Fenomena sosial mutakhir mengabarkan umrah telah menjadi tren di kalangan masyarakat menengah-atas; ditambah lagi faktor masa tunggu berhaji yang amat lama. Sedangkan umrah bisa ditunaikan kapan saja dan spirit-nuansanya seperti halnya berhaji. Sementara yang menjadi soalan, umrah seperti itu berhukum sunah di mana status hukumnya sama dengan haji untuk kedua kali. 

Maka, di sinilah relevansi kisah AA yang menyayangkan berhaji berkali-kali dengan tren semarak pergi umrah seperti hari ini. Dengan kata lain, seperti anjuran implisit AA, akan lebih baik bila biaya perjalanan umrah dialokasikan untuk pelbagai ibadah sosial.

Selain kisah di atas yang oleh AA diberi judul nyentrik "Islam tanpa Haji", juga terbabar 29 kisah lainnya dalam satu seri buku. Total 12 seri buku ini alias 360 kisah, menitikberatkan laku ideal keberagamaan: kepedulian terhadap liyan, kritik sosial, serta hikmah-hikmah kehidupan dari aneka peristiwa keseharian; menegaskan bahwa semua kisah manusia tidak berujung kesia-siaan nirmakna.

Di tengah problem kebangsaan-keumatan, dekadensi moral, keberagamaan yang kaku, kehadiran buku ini bisa menjadi oase guna mereguk cucuran hikmah agar lebih arif membaca fenomena sosial-keagamaan hari ini sekaligus cermat melangkah supaya tidak terjerembab dengan becermin dari kisah-kisah teladan orang terdahulu.     

Data buku:

Judul: 30 Kisah Teladan Seri 10

Penulis: KH. Abdurrahman Arroisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun