[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="Ilustrasi | Foto: bensbitterblog.com"][/caption]
Menggunakan judul ini, sepertinya ini adalah tamparan untuk saya. Saya.. sendiri. Akan tetapi mungkinkah masalah menunda-nunda ini merupakan masalah banyak orang lain juga. Sehingga ini menjadi masalah kolektif yang jamak ditemui. Menunda, umumnya berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut dengan produktifitas. Jika para individu penunda ini ada didalam satu organisasi, maka bisa jadi banyak target organisasi yang akhirya turut tertunda.
Tahun 1978, sekitar 5 % orang Amerika menganggap diri mereka sebagai penunda kronis, tapi sekarang mencapai 26 %. Artinya rata-rata setiap seperempat dari total komunitas adalah penunda kronis. Apa yang dilakukan oleh penunda ini? Saat bekerja terkenan gangguan online dari waktu ke waktu?. Mari kita explore tentang tunda menunda ini
1. Mengapa suka menunda produktivitas?
Penundaan bukanlah suatu hal yang disebabkan oleh keturunan tapi lebih kepada sebuah perilaku. Seorang penunda kronis biasanya cenderung bergulat dengan kecemasan, merasakan depresi, dan pikiran kritis terhadap diri sendiri lebih dari yang lainnya
Menurut American Scientific. "Penelitian menunjukkan bahwa si penunda menggunakan gangguan dan godaan sebagai cara untuk menetralisir emosi negatif”.
Mempelajari teknik untuk mengatur emosi agar lebih efektif dapat menangkal kecenderungan untuk menunda tugas-tugas penting dan dapat membantu untuk komitmen menjalankan tujuan mereka. Meski tidak semua orang menunda-nunda memiliki alasan yang sama, dan perlu untuk mencari tahu mengapa menunda-nunda. Mungkin menjadi bagian dari obatnya juga. Ada beberapa orang yang sulit menghindar dari gangguan media sosial dan sulit untuk menolak.
2. Perlu mengerjakan step by step-nya
Secara sadar baru menyadari mengapa selalu menunda-nunda, oow ternyata ada PR besar (proyek atau target) yang sulit dikerjakan. Dan lupa membuat langkah kecilnya. Coba membuat pekerjaan menjadi bagian-bagian kecil dan fokus pada satu bagian pada suatu waktu.
"Jika masih menunda-nunda tugas setelah memecahnya, kemudian memecahnya lebih jauh. Segera, tugas akan sangat sederhana bahwa akan berpikir 'wah, ini sangat sederhana bahwa saya mungkin akan melakukannya sekarang!”.
Memecah PR tadi ke dalam langkah-langkah kecil akan memberi ide yang lebih baik dari berapa banyak pekerjaan yang dilakukan, bukan pekerjaan yang hanya ada di kepala dengan to do list saja.
3. Membuat keputusan
"Ketika menunda-nunda, ada rasa ingin melakukan sesuatu tetapi tidak mengambil tindakan yang sejalan dengan pikiran itu”.
Ini menjadi konflik internal. Apa yang dilakukan selalu mengirimkan sinyal kembali kepada individu itu tentang siapa si individu itu. Tentu, melakukan afirmasi di mana seseorang mengatakan kepada diri sendiri bahwa keyakinan dapat membantu. Tetapi mengambil tindakan yakin dan ingin mengambil lagi dan lagi adalah apa yang benar-benar membangun rasa percaya diri dan citra diri menjadi orang yang percaya diri