A Study in Scarlet merupakan judul asli versi bahasa inggris dari penelusuran benang merah versi bahasa Indonesia. Novel ini ditulis oleh Sir Arthur Conan Doyle. Doyle yang lahir pada tanggal 22 Mei 1859, lahir di Edinburgh, Skotlandia, menghasilkan karya A Study in Scarlet pada tahun 1890, disinilah ia memperkenalkan karakter detektif Sherlock Holmes kepada pembaca.
Saya tidak meresensikan seluruh novel ini kedalam artikel ini, kecuali beberapa bagian berkaitan dengan tokoh utama, namun pembaca yang berminat membaca serial detektif Sherlock Holmes bisa memulai membaca serial pertama Sherlock pada novel ini untuk mengenal siapakah tokoh utama dalam Sherlock Holmes. Disini saya akan menuliskan beberapa point kritis untuk menjelaskan jalan pemikiran novel serial Sherlock Holmes untuk seterusnya.
Dalam novel ini, Doyle menceritakan pertemuan antara Sherlock dengan sahabat yang kelak akan menemaninya pada kasus-kasus kriminal dimasa selanjutnya, yaitu Watson. Melalui sudut pandang Watson inilah pembaca diposisikan untuk memahami seperti apa metode-metode pemecahan kasus Sherlock. Dan dalam novel ini pembaca akan mendapatkan gambaran awal siapakah Sherlock sebagai tokoh utama dan bagaimanakah ia. Serta siapakah tokoh Watson itu.
Menurut saya, Doyle tidak membuat karakter Sherlock untuk dijadikan pujaan, maka dari itu Doyle membuat Sherlock memiliki aib yang sangat mengkhwatirkan dan ini berkaitan dengan perilakunya sebagai konsekuensi atas kemampuan berpikirnya yang luar biasa. Sedangkan Watson sendiri, ditampilkan sebagai pendamping yang akan bertanya kepada Sherlock, step by step sampai semua uraian memberikan kesimpulan akhir. Ini lah langkah yang akan diikuti pembaca untuk memahami alur cerita pemecahan kasus.
Teman saya pernah bergurau, 'jika kita membaca serial orang pintar seolah-olah kita juga menjadi pintar, padahal tidak'. Mungkin bisa jadi, atau bisa juga tidak. Terkadang seseorang yang membaca fiksi tertentu, ia akan mencari tokoh dalam fiksi yang 'menurutnya' itu adalah dia, karena dengan begitu ia akan menyelami ceritanya dengan lebih hidup.Â
Tentang Serlock dan sudut pandang manusia pada umumnya
Dalam novel A Study in Scarlet, Watson mendapatkan gelar dokter umum dari Universitas London tahun 1878. Kemudian Watson melanjutkan studi spesialisnya sebagai ahli bedah khusus Angkatan Darat. Ia masuk kedalam resimen Northtumberland Fusiliers kelima sebagai asisten bedah. Resimen tersebut bertugas ke India, bersamaan dengan saat itu perang Afghanistan kedua terjadi. Kemudian Watson dipulangkan. Ia mengalami kelelahan bertugas, dan cedera serius yang terjadi saat di Maiwand, dimana Watson mendapatkan tembakan peluru Jezail yang menebus ke tulang arteri. Selain itu, ia juga terkena tifus yang membuatnya berbulan-bulan dalam keadaan kritis. Akhirnya ia kembali ke Inggris.
Watson dikisahkan tidak memiliki kerabat di Inggris, ia hanyalah lelaki bujang yang memiliki kebebasan dalam hidup. Dengan upah yang kecil, tentu ia setuju dikirim ke London. Bagi ia, London adalah tempat berkumpulnya para pemalas dan penganggguran. Mungkin dengan begitu, ia memiliki peluang.
Saat ia yang hanya berpenghasilan kecil dan berusaha mencari tempat tinggal, saat itulah ia dipertemukan dengan Serlock melalui Stamford, seorang mantri yang membantu perawatannya ketika sedang sekarat dimedan tempur. Mereka bertemu kembali di London dalam kondisi yang berbeda, yaitu Stamford telah bekerja disebuah laboratorium kimia rumah sakit dan mengenal Sherlock sebagai rekan kerjanya di lab.
Watson saat itu dicirikan dengan badan kurus dan berkulit coklat. Sebuah kombinasi antara beban tugas dan bukti nyata bahwa terakhir kali ia memang pernah tinggal berada di negara tropis, yang tentunya limpahan cahaya matahari sepanjang tahun membuat kulitnya menjadi gelap terbakar.