Mohon tunggu...
Warsito -
Warsito - Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang pegawai biasa dengan gaji biasa, berharap bisa berbuat yang luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cyber Army dalam Perpolitikan Indonesia

15 April 2014   17:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan Legislatif tanggal 9 april lalu memang belum resmi di umumkan siapa pemenangnya. Namun dalam perhitungan cepat (quick count) yang dilakukan beberapa lembaga perhitungan, menunjukkan adanya pergeseran kekuatan. Kejutan demi kejutan terjadi, dimana partai yang dominan dalam 2 pemilu yang lampau telah tersungkur, walaupun sebenarnya juga memberikan kejutan dimana Demokrat masih mendulang suara sebesar 9,43% (Hitung Cepat Kompas) yang pada awal genderang pertarungan antar caleg sudah diprediksikan akan meredup. Nasional Demokrat sebagai debutant dalam Pemilu 2014 telah mencuri perhatian dengan mendapatkan suara 6,71%. PKB yang naik signifikan dengan klaim berbagai efek meraup 9,12% dan PDI perjuangan dipuncak perolehan suara sebesar 19,24%. Kemenangan PDI Perjuangan ini sudah diprediksi banyak pihak namun masih memberikan efek kejutan dimana, target yang ditancapkan para penggerak internal PDI Perjuangan meleset jauh. Golkar dan Gerindra mengekor “Banteng Moncong Putih” diurutan kedua dan ketiga dengan perolehan masing-masing 15,01% dan 11,77%.

Impact 9 April ke Bursa

Berdasarkan hasil sementara perhitungan cepat ini maka dapat dipastikan tidak ada satupun partai yang mampu mengusung calon presidennya tanpa koalisi dengan partai lain dalam Pilpres 9 Juli 2014 nanti. Tanggal 10 April 2014, pasar modal bergejolak melihat hasil perhitungan cepat ini. Tercatat transaksi keluar dari Indonesia berada pada kisaran 1 Triliun Rupiah.  Beberapa ahli mengatakan bahwa pasar kecewa dengan perolehan suara PDI-P dan khawatir dengan  koalisi yang saat ini lekat dengan transaksional koalisi alias koalisi bagi-bagi kursi.

Kembali ke ranah politik, akhir-akhir ini sedang gencar diberitakan bahwa PDI Perjuangan telah mendapatkan satu mitra (koalisi??) untuk mengusung Capres Joko Widodo (Jokowi). Namun Pak Gubernur saat ini masih menjajaki semua partai untuk berbicara persoalan pemecahan permasalahan bangsa ini (nyari mitra koalisi, sambil menjajaki kekuatan lawan politik??). Sang Jenderal juga sudah mendapatkan angin segar untuk bermitra dengan PAN (dan Demokrat?), sehingga bisa “nyapres”. Masih ada ARB dengan “Pohon Beringin” yang masih belum jelas arah koalisi politiknya. Para Pakar Politik pun memprediksi aka nada 3 – 4 Capres yang akan bertarung pada  pilpres mendatang.

Social Media Activist = Cyber Army…?

Yang menarik dari fakta diatas adalah bagaimana motor-motor penggerak partai dalam mengerahkan segala macam kekuatan untuk meraup suara agar memenangi Pemilu 2014 ini. Masih segar dalam ingatan bagaimana relawan-relawan Jokowi-Ahok menjungkirbalikkan hasil survey berbagai lembaga ketika Pilkada DKI 2012. Dalam masa ini kita  mengenal JASMEV dan beberapa Penggiat Social Media pendukung Jokowi-Ahok. Saya pribadi melihat bagaimana image branding yang disusun oleh tim ini mampu mendongkrak popularitas Jokowi. Mengeksploitasi segala sisi yang ada didiri para figur untuk keperluan promosi. Bagaimana pada akhirnya popularitas Jokowi-Ahok tidak hanya sebatas DKI Jakarta namun telah tersebar luas sampai nasional dan pada akhirnya beberapa media asing ikut menyoroti.

Dari sini kita mampu belajar bahwa Cyber Army mampu berbuat banyak dalam image branding, pengenalan figure dan banyak hal. Kami belum pernah melakukan studi yang membandingkan efektivitas kampanye darat yang dilakukan para tokoh-tokoh politik dengan kampanye di dunia maya yang dilakukan para cyber army ini, namun apabila melihat trend penggunaan internet, semakin meluasnya jaringan komunikasi dan dukungan masyarakat pengguna ponsel pintar dan sebagainya maka selayaknyaCyber Army diperhitungkan dalam kampanye.

Dalam berbagai kesempatan saya mencoba untuk membaca bagaimana para tentara dunia maya ini bekerja, mempromosikan tokoh yang diusung maupun penguatan merk terhadap tokoh tertentu. Melakukann counter attack atas berita negatif dengan memberikan berita positif, menyebarkan prestasi dan pencapaian. Hal ini menjadi berbeda ketika kita lihat dibeberapa forum yang berkembang istilah “pasukan nasi bungkus”, “pasukan nasi kotak”, istilah yang diberikan oleh teman-teman penggiat komentar dalam forum untuk menyebut para simpatisan yang membela tokoh dengan cara yang menurut saya sudah cukup mengkhawatirkan. Cyber Army attackmerupakan kekuatan yang tidak dapat dipandang sebelah mata dalam perpolitikan Indonesia saat ini. Mereka terorganisir, tersusun rapi dan memiliki prosedur yang jelas sehingga objective yang dibuat dapat dicapai. So, image branding dapat dijadikan salah satu pilar kesuksesan partai politik di Indonesia. Mengapa belum semua sadar bahwa Cyber Army merupakan kekuatan baru untuk menuju Indonesia yang lebih Adil dan Makmur dibanding jaman yang mengklaim sudah Adil dan Makmur…??

ps: data yang tertulis dikutip dari kompas.com, segala bentuk tulisan diatas merupakan opini pribadi dan tidak merujuk pada kecendurungan dan dukungan terhadap salah satu parpol.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun