Marcella Al Sakinah Mancini
Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga, Surabaya
ABSTRAK
Pluralisme dan multikulturalisme kerap menjadi isu yang tidak pernah berhenti diperdebatkan terutama dalam fenomena hubungan internasional. Dengan latar belakang tradisi dan budaya yang berbeda di setiap negara, tentunya masing-masing negara tidak mau budayanya diklaim oleh negara lain. Sehingga setiap negara pasti akan melindungi budayanya agar keunikannya tetap terjaga. Namun, masing-masing negara juga akan terbuka untuk mengenal budaya negara lain dan belajar tentang beberapa hal dari budaya negara tersebut. Artinya, dua negara yang memiliki kesamaan yang besar dengan budaya satu sama lain maka dapat melakukan pemanfaatan budaya dalam berdiplomasi sebagai upaya untuk melindungi keunikan budayanya masing-masing dengan cara yang adil dan saling menguntungkan. Tulisan ini dibuat menggunakan pendekatan salah satu dari empat pilar Filsafat, yaitu Aksiologi. Tulisan ini juga akan menggunakan “Years of Culture 2023” sebagai studi kasus yang nanti akan dianalisis. Lantas, bagaimana pemanfaatan budaya dapat meningkatkan literasi di era digital saat ini?
Kata kunci: Aksiologi, Budaya, Diplomasi, Filsafat Ilmu, Years of Culture.
Years of Culture 2023 antara Indonesia dengan Qatar akan menggelar kegiatan budaya di Qatar untuk menunjukkan kemampuan serta keunikan budaya di kedua negara. Salah satu tujuan utama diplomasi tahun ini adalah memajukan industri kreatif budaya melalui program residensi tiga bulan untuk para desainer Indonesia dan Qatar. Program residensi ini memiliki manfaat bagi desainer Qatar dengan melihat langsung desainer Indonesia dengan menonjolkan tradisinya mulai dari perhiasan, perajin besi, dan bordir. Terdapat juga para mentor yang dipilih dengan saksama sesuai dengan bidang masing-masing yang memiliki ciri khas dengan daerahnya, seperti Tasikmalaya (bordir) dan Sumba (kerajinan tangan).
Dengan adanya Years of Culture diplomasi sebagai pemanfaatan budaya dapat dilakukan dengan mudah. Years of Culture 2023 yang diadakan pada 22 Maret 2023 lalu merupakan pertukaran budaya antara Indonesia dengan Qatar. Qatar melihat banyak kesamaan dengan budaya Indonesia yang sebagian besar penduduknya yang merupakan orang muslim sehingga Qatar merasa bahwa mereka dapat mempelajari hal dan ilmu baru dari budaya Indonesia. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa melakukan diplomasi pertukaran budaya memiliki beberapa urgensi yang nantinya akan dibahas lebih jauh dalam tulisan ini.
Pemanfaatan budaya dalam berdiplomasi melalui Years of Culture rupanya tak lepas dari peran salah satu pilar Filsafat, yaitu aksiologi. Karena aksiologi merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan mengenai orientasi atau nilai dan moral suatu kehidupan, maka aksiologi melahirkan etika dan estetika. Salah satu peran penting aksiologi dalam diplomasi pertukaran budaya ini adalah memastikan bahwa pertukaran budaya dan promosi warisan budaya dilakukan dengan menghormati nilai-nilai etis dan keberagaman budaya seperti toleransi serta penghargaan terhadap suatu keberagaman.
Pengertian Diplomasi Budaya dan Hasilnya Melalui Program Pertukaran Budaya
Dalam bukunya yang berjudul “A Guide to Diplomatic Practice” Sir Ernest Satow (1998) mendefinisikan diplomasi sebagai penerapan kepandaian dan strategi pada suatu hubungan resmi antarpemerintah negara-negara berdaulat. Adapun pandangan dari ahli lain mengenai diplomasi, yaitu Hasyim Djalal (1990) dalam Prayuda & Sundari (2019) mengemukakan bahwa diplomasi merupakan usaha untuk meyakinkan negara lain supaya memahami dan mendukung pandangan dari suatu negara tanpa menggunakan kekerasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa diplomasi merupakan penerapan strategi untuk meyakinkan pandangan supaya dipahami dan dibenarkan agar mendapat dukungan antarnegara berdaulat.