MONOLOG SIANG
Seorang perempuan di gigir siang
Merebus kecengengan dengan tenang
Dalam satu wadah bernama kewarasan
Dari kesedihan yang dititipkan Tuhan
Dihirupnya kemudian aroma angin
Juga sepi yang jatuh bersama ingin
Sejak berabad-abad yang lalu
Hujan telah hilang pada mata itu
Perempuan sadar betapa berartinya hati
Ketika menciptakan nasibnya sendiri
Meski di luar sana udara kian memekat
Melingkupi siang yang sedang jahat
Sumedang, 24 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI