MENGGUBAH PUISI
Secangkir kopi, lara hati
Aku tulis dalam sebuah puisi
Sesekali sambil menyudutkan kesepian
Setelah doa-doa dimohonkan
Bermakna maupun tidak sama sekali
Aku kurang begitu peduli
Menghibur jiwa yang usang
Tak selalu dengan memburu bintang
Toh puisi ...
Tidak memilih punya siapa jemari
Terlepas aku penyair atau bukan
Menggubahnya adalah kebahagiaan
Baca juga: Melukis Langit Senja
Sumedang, 27 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Merindu
Baca juga: Dari Sebuah Puisi yang Tertinggal
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!