Mohon tunggu...
Itha Abimanyu
Itha Abimanyu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Dari Sebuah Puisi yang Tertinggal

19 Juni 2024   23:53 Diperbarui: 21 Juni 2024   06:16 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Freepik/vecstock

Setelah kereta terakhir pergi
Di gigir sunyi, tertinggal sebuah puisi
Hitam pekat sekujur tubuhnya
Mungkin, telah bernaung yang segala
Aku rengkuh dengan kerelaan
Membiarkan puisi jatuh ke pelukan

Sebuah puisi dimanjakan angin waktu
Juga oleh sepasang mata di jariku
Sambil meniup-niup hurufnya
Satu per satu sampai semua
Mencuatkan nyala amat benderang
Terangnya lebih dari kunang-kunang

Sementara di tengah kewarasan
Bahagia semakin tampak kelihatan
Tetapi puisi tak berkata-kata istimewa
Ia cukup memilih serupa doa
Dan kemudian aku ...
Seperti kembali menjadi diriku

Sumedang, 19 Juni 2024


Baca juga: Apa yang Salah?

Baca juga: Menikmati Kopi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun