BIARKAN SAJA
Aku, kamu ... menyajakkan letih kembara, tetapi yang terbaca hanya tentang sangka. Lalu kita tak lagi rindu, menyaksikan senja tenggelam seperti dulu.
Kekalahan dikekalkan sejarah, dimana marah telah tertulis merah. Kita berjalan pada paham kebencian, serupa hujan dan anginnya yang berjauhan.
Baca juga: Yang Kemarau
Nyatanya kita tidak mungkin terus bertahan pada apa yang tak berkesudahan, maka biarkan secangkir kopi mendingin dengan sendirinya.
"Tumpahkan saja," katamu mengakhiri segala.
Sumedang, 20 Mei 2024
Baca juga: Mendadak Lupa
Baca juga: Ketika Rindu Bertamu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!