KENANGAN YANG BERCECERAN
Seketika aku sibuk memunguti kenangan, ia yang sempat jatuh dalam genggaman. Aku kembali kepada hal-hal tak diinginkan, tetapi memastikan di antaranya tiada yang berceceran.
Apalagi, selain tiba-tiba gerimis di mata dan mendadak kehilangan bahagia. Sebab biasan luka telah meredam dada, aku menderita karenanya.
Rasa yang semakin tak terkendali, ketika tersadari di beberapa kisah terselipkan sunyi. Sampai kesedihan membalut rasa dalam diri. Sungguh sebuah ironi!
Doa-doa pun berharap diaminkan Tuhan, dari waktu ... "Kepahitan, berlalulah dalam aku." Sedang saat ini, satu-satunya yang kurindu hanyalah sandaran bahu ibuku.
Sumedang, 14 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H