Mohon tunggu...
Iteung
Iteung Mohon Tunggu... -

Aktivis Kelompok Pemerhati Bambu Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sekali Lagi tentang Banjir Bandang Manado

29 Januari 2014   16:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banjir bandang dan longsor yang melanda Manadodan sekitarnya 15 Januari silam, kini menyisakan PR besar bagi kita semua. Betapa tidak, kota yang luluh lantak, perlu rehabilitasi yang memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Mungkin perlu waktu berbulan-bulan. Mungkin perlu dana beribu-ribu rupiah. Tapi yang lebih penting yang menjadi PR kita adalah membuat program riil yang bisa dilaksanakan dan berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang terlanjur rusak oleh tangan-tangan yang serakah.Supaya banjir dan longsor itu tidak terjadi lagi, di sini.

Banjir dan longsor yang terjadi tentu bukanlah keinginan kita, tapi sengaja atau tidak, kita memang mengundang banjir itu datang ke rumah kita. Penggundulan hutan dan perubahan tutupan lahan di hulu DAS Tondano dan DAS Sawangan adalah salah satu karya besar yang berkontribusi besar terhadap terjadinya bencana tersebut. Hutan yang gundul dan vegetasi yang ada sekarang berupa perkebunan kelapa dan cengkeh, ditengarai tidak efektif menyerap air hujan ke dalam tanah, sehingga air hujan langsung menjadi air permukaan yang mampu menggerus tanah, sehingga terjadi erosi dan menambah sedimen di sungai dan di danau.

Penyempitan sungai di hilir akibat pemukiman, juga menjadi fakta tak terbantahkan bahwa perilaku kita membuat bencana itu datang. Sungai yang semakin sempit tentunya juga tidak akan mampu menampung air. Dengan danau dan sungai yang semakin dangkal dan sempit, tentunya volume air yang banyak itu, tidak akan mampu ditampung oleh badan sungai dan danau. Maka banjir kemungkinan akan selalu terjadi.

Pengerukan bukit untuk kebutuhan reklamasi pantai dan pengurukan lokasi-lokasi yang tidak rata disekitar kota untuk dijadikan kawasan bisnis, seolah dengan itu kita merasa bangga telah memajukan kota. Tapi lihatlah, mungkin belum berapa lama, kota yang dibanggakan dengan merusak lingkungan, akhirnya menjadi luluh lantak dalam hitungan menit bahkan menjadi sebab hilangnya nyawa.

Lalu bagaimana?

Yang pertama semua harus menyadari bahwa bencana ini terjadi akibat salah kelola terhadap lingkungan yang kita diami. Maka, setiap kita harus berbuat lebih ramah terhadap lingkungan disekitar kita.

Kedua tentunya lingkungan yang terlanjur rusak ini, mau tidak mau, harus direhabilitasi. Penanaman dan pengkayaan pohon harus segera dilakukan di hulu DAS sawangan dan DAS Tondano, agar air hujan bisa efektif terserap ke dalam tanah. Penanaman bambu juga bisa dilakukan di sepanjang DAS untuk membantu penyerapan air hujan dan mencegah erosi.

Ketiga, menormalisasi danau Tondano dan sungai-sungai di sekitar DAS Sawangan dan DAS Tondano. Sungai dan danau yang dangkal, harus dikeruk sehingga mencapai kedalaman yang cukup. Danau yang menyempit diperluas dan sungai yang sempit diperlebar seperti semula, dan orang yang tinggal dibantaran sungai direlokasi ke tempat lain. Dengan demikian, air permukaan yang mengalir ke danau dan sungai bisa tertampung oleh badan sungai dan danau.

Keempat, memperketat perijinan pembangunan rumah, gedung dan kawasan bisnis, terutama dilokasi-lokasi serapan air dan lokasi dengan kontur yang miring, untuk memperluas areal serapan air dan mencegah terjadinya longsor.Pembangunan rumah pada kontur yang sangat miring tentunya akan sangat membahayakan banyak orang. Perijinan pembangunan perumahan juga perlu diperhatikan agar sesuai dengan peruntukkan dan kemampuan lahan.

Semoga bermanfaat dan semoga lingkungan yang menjadi tanggungjawab kita bisa menjadi berkah bagi kita semua. Amiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun